Tekan Cost dan Ramah Lingkungan, Kemenparin Genjot Industri Daur Ulang

Indra Aditya - Jumat, 8 Februari 2019 | 15:00 WIB

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan pemaparan pada Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri di Kawasan Industri Deltamas, Cikarang, Jawa Barat, Senin (6/2). (Indra Aditya - )

Otomania.com - Kementrian Perindustrian terus mendorong industri daur ulang atau recycle industry untuk sektor otomotif.

Konsep tersebut dinilai bisa mendongkrak daya saing ekspor manufaktur Tanah Air.

Hal ini dikatakan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya manusia Industri Manufaktur Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di SMK Ananda Mitra Industri Deltamas di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (6/2/2019).

“Sekarang 73% ekspor kita ditopang dari industri manufaktur dan sektor otomotif menjadi salah satu andalan,” ucap Airlangga.

Menurut dia, pada Januari-September 2018, jumlah ekspor mobil utuh (completely built up/CBU) mencapai 187.752 unit.

Angkanya naik 10,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga : Simpan Potensi, Jokowi Sebut Indonesia Bisa Jadi Pemain Utama Industri Kendaraan Listrik

Sementara ekspor sepeda motor dari Indonesia, pada 2018 naik melejit 46,3% menjadi 575.000 unit.

Ekspor sektor otomotif diperkirakan jumlahnya terus naik seiring rencana diterapkannya kebijakan fiskal, seperti harmonisasi tarif dan revisi besaran Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Ia mengajak pelaku industri otomotif nasional agar meningkatkan daya saingnya, dengan bersinergi mengusung ekonomi berkelanjutan melalui daur ulang, salah satunya plastic recycle.

Tren saat ini, komponen besar dalam kendaraan seperti, bumper, fender, dan dashboard pada mobil tidak lagi menggunakan stainless steel, tetapi menggunakan kandungan plastik.
 
Ajakan Menperin tersebut sekaligus untuk mengakomodasi standar keberlanjutan dari 10 prioritas nasional di dalam inisiatif Making Indonesia 4.0.

“Plastik itu bukan sampah, dari segi cost plastik adalah bahan baku yang relatif lebih kompetitif dibanding yang lain, dan menyerap emisi lebih rendah,” kata Airlangga.