Ditambah lagi dengan cara pengemudi yang mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi.
“Pada saat kondisi gerimis, hujan. seharusnya pengemudi sudah mengurangi kecepatan. Seringkali pengemudi bertemu kubangan air dan ini dapat menyebabkan efek aquaplaning atau hydroplaning,” ucap Poedyo, (27/10/2018).
Efek aquaplanning dapat terjadi saat ban tidak menyentuh permukaan aspal karena terhalang oleh air, ini membuat kendaraan serasa melayang dan tidak dapat dikendalikan.
“Kebanyakan pengemudi malah menerabas kubangan dengan kecepatan tinggi. Alasannya sekalian membersihkan bagian bawah kendaraan, tapi itu berbahaya terlebih bila kita ingin mengendalikan kendaraan,” ungkap Poedyo.
Dan bukan hanya air, alasan kenapa permukaan jalan lebih licin saat basah atau gerimis juga bisa karena permukaan jalan terkena residu asap mesin diesel.
(BACA JUGA: Terkuak! Bukan Karena Bensin, Avanza Meledak di Lampung Gara-gara Kabel)
Asap dari mesin diesel yang mengonsumsi solar mengandung oli, dan saat terkena air maka posisinya akan menggenang di atas permukaan aspal.
“Ini membuat cengkeraman ban di aspal hilang. Akhirnya mobil tidak bisa dikendalikan,” ucap Poedyo.
Poedyo juga mengingatkan, bahwa dalam kecepatan tinggi ada momentum yang mendorong, sehingga menyebabkan sulit untuk menghentikan mobil.
Gaya momentum ini akan semakin besar, sejalan dengan kecepatan mobil yang meningkat.
“Jadi ketika hujan atau gerimis sekalipun usahakan ban menapak aspal. Caranya tidak berjalan terlalu cepat, mengurangi kecepatan jika dirasa terlalu cepat,” pungkas Poedyo.