Produsen Mobil dan Sparepart Adakan Pertemuan Bahas Kenaikan Pajak Ekspor dari Donald Trump

Irsyaad Wijaya - Rabu, 1 Agustus 2018 | 17:40 WIB

Presiden Donald Trump dan Paul Teutal Senior saat penyerahan Trump Chopper, Februari 2012. (Irsyaad Wijaya - )

Otomania.com - Produsen otomotif dari berbagai negara mengadakan pertemuan untuk membahas pajak tinggi yang diterapkan Donald Trump ke Amerika Serikat.

Produsen asal Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Uni Eropa menyelenggarakan pertemuan untuk berbicara mengenai kebijakan Donald Trump pada (31/7/2018) di Jenewa, Swiss,.

Donald Trump baru-baru ini memerintahkan penyeledikan apakah kendaraan yang diimpor ke Amerika Serikat, menimbulkan ancaman bagi kemanan nasional Amerika Serikat berdasar Undang-undang Ekspansi Perdagangan AS.

Bahkan jika memang benar terjadi, tarif sebesar 25 persen bisa berlaku berdasar UU tersebut.

(BACA JUGA: Perluasan Ganjil-Genap Mulai Berlaku Hari Ini, Mobil Berpelat Nomor Tak Sesuai Belum Ditilang )

Pemerintah Kanada mengatakan akan menanggapi tarif tersebut beserta penanggulangannya.

Asosiasi Diler Otomotif Kanada telah memperingatkan bahwa tarif "dollar-for-dollar" akan memiliki efek yang jauh lebih signifikan di sektor otomotif daripada aluminium dan baja.

Bahkan jika tarif 25 persen ini berlaku dan terjadi balas dendam antar negara secara signifikan juga akan memengaruhi industri otomotif.

"Pertemuan itu dimaksudkan untuk menyatukan negara-negara utama pembuat mobil sehingga kami dapat mendiskusikan kekhawatiran kami atas investigasi bagian-bagian mobil dan bagian-bagian dari Departemen Perdagangan AS," kata seorang pejabat Kanada mengenai pembicaraan tersebut.

(BACA JUGA: Hanya Butuh Tiga Menit, Royal Enfield Classic 500 Pegasus Ludes Terjual!)

Amerika Serikat telah menerapkan tarif besar pada impor baja dan aluminium tetapi mereka yang bergerak langsung di bidang kendaraan akan menjadi yang paling dirugikan.

Sebenarnya, minggu lalu Donald Trump sudah menunda ancaman tarif yang dibuatnya setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa.

Tetapi, dengan berkumpulnya beberapa negara Asia dan Uni Eropa menjelaskan bahwa banyak negara produsen mobil masih khawatir akan hal tersebut.