Kalah Tenar Dari Honda BeAT, Tak Lama Lagi Spacy Temui Jalan Akhir

Irsyaad Wijaya - Selasa, 17 April 2018 | 14:13 WIB

Honda Spacy juga pernah diisukan akan segera discontinue (Irsyaad Wijaya - )



Otomania.com — Skutik Honda Spacy yang sudah lama mengaspal mau tak mau sebentar lagi akan disuntk mati.

Hal itu hasil pertimbangan bos Honda Indonesia yang melihat ada pergeseran tren konsumen.

Memang, jika melihat data distribusi Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI), pasokannya hanya sampai Januari sebesar 28 unit.

Sementara pada Februari dan Maret sudah kosong.

Namun, masih belum pasti penyetopan produksi akan dilakukan kapan, alias masih didiskusikan.

(BACA JUGA: Honda PCX Mulai Tebar Ancaman, Yamaha NMAX Cetak Rekor Penjualan Bulanan Tertinggi Sejak Diluncurkan)

Hal itu disebutkan Presiden Direktur Astra Honda Motor ( AHM) Toshiyuki Inuma, Senin (16/4/2018).

“Sampai saat ini kami masih menjualnya. Sementara terkait penyetopan produksinya masih kita diskusikan, bukan rencanakan, tapi diskusikan,” tutur Inuma.

Inuma menambahkan, saat ini trennya kemungkinan mulai bergeser, di mana ketika disodorkan antara Spacy dan Beat, konsumen tampaknya lebih condong ke Beat Pop.

Bisa jadi ini karena tampilannya yang lebih modern.

“Mungking karena dibanding dengan Spacy orang lebih prefer ke Beat Pop. Itu karena sisi appearance dan styling design yang terlalu konservatif untuk pasar Indonesia,” ujar Inuma.

(BACA JUGA: Sengaja Ditaruh Relawan, Honda BeAT Nyelonong di Turunan Tajam Langsung Disambut Bantal Penyelamat)

Direktur Pemasaran Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya menambahkan, kebutuhan pasar juga bisa bergeser ke Scoopy, Vario baru, atau bahkan naik kelas ke PCX.

Sejauh ini, pihaknya masih belum merencanakan penggantinya.

Selain itu, Inuma menuturkan, diskusi soal suntik mati Spacy juga mempertimbangkan volume produksinya.

Pasalnya, kalau terlalu kecil maka tidak memenuhi unsur efisiensi.

(BACA JUGA: Pemilik Diminta Tunjukkan STNK, BPKB dan KTP Asli, Motor Sitaan Bisa Diambil Di Polres Bekasi)

“Jadi jika volumenya kecil, kami perlu mempertimbangkan itu (stop produksi) untuk mengejar efisiensi,” ucap Inuma.