Jakarta, Otomania – Bekerja di dunia balap, terlebih Formula 1, menjadi impian banyak orang. Salah satu pemuda Indonesia, Stephanus Widjanarko, cukup beruntung merasakan pengalaman ini.
Sejak 2013 hingga sekarang, Stephanus menjadi aerodynamicist di tim Scuderia Toro Rosso. Bekerja di dunia yang jarang dinikmati orang Indonesia ini dirasakan cukup menantang oleh Stephanus.
Ketika dirinya masuk pertama kali balapan musim 2013 telah berjalan. Tugas pertamanya sebagai junior CFD Aerodinamic ketika itu adalah mempersiapkan mobil untuk balapan di Barcelona.
“Saat itu balapan sudah mulai, saya ditugaskan mulai bekerja untuk balapan di Barcelona. Di tim seperti Toro Rosso, development car berjalan bersama saat musim balapan berjalan. Di sisi lain ada tim yang juga mempersiapkan mobil konsep,” ucap Tephie, panggilan Stephanus saat ditemui Otomania beberapa waktu lalu.
Untuk satu musim biasanya tim kecil mempersiapkan dana 70 juta sampai 80 juta dollar AS untuk pengembangan aero mobil. Tim besar bahkan bisa 500 juta dollar AS, sedangkan tim menengah seperti Toro Rosso sekitar 140 juta sampai 150 juta dollar AS.
Tugasnya di tim pengembangan biasanya dimulai setelah regulasi musim kompetisi tahun depan diumumkan oleh FIA. Pada akhir musim balap sampai Februari sebelum musim balapan selanjutnya dimulai adalah saat-saat paling sibuk di tim aerodinamika.
Tephie juga bercerita, proses pembuatan paket aero mobil dilakukan setelah berkonsultasi dengan tim desain mobil keseluruhan. Di bagian ini biasanya masing-masing divisi saling ngotot mempertahankan desainnya.
“Jadi kalau kami di aero semakin desainnya kecil, semakin suka. Jadi dibuang-buang saja. Tapi biasanya diprotes sama tim desain office. Dibuat lagi, lakukan percobaan lagi,” ucap Tephie.