Bukannya Tak Penting, Tapi Begini Komentar Pakar Keselamatan Soal Rambu Mirip Starting Grid di Lampu Merah yang Viral

Adi Wira Bhre Anggono,Wisnu Andebar - Minggu, 14 Juni 2020 | 18:00 WIB

Pemberhentian di lampu merah Persimpangan Kembang Ijo, Kabupaten Tuban mirip starting grid MotoGP (Adi Wira Bhre Anggono,Wisnu Andebar - )

Otomania.com - Belakangan ini netizen dibuat ramai dengan pembicaraan soal rambu di lampu merah yang diinisiasi Dinas Perhubungan Kota Tuban.

Dishub Tuban dan kepolisian setempat membuat kotak antrean di lampu merah dengan bentuk seperti starting grid di balap motor MotoGP.

Tujuannya untuk menjaga jarak atau physical distancing antar pengendara ketika berhenti saat lampu merah, guna mencegah penyebaran Covid-19.

Hal itu mendapatkan respon positif dari Sony Susmanamana, selakuTraining Director di Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI).

Menurutnya, dengan dibuat jarak yang menyerupai kotak start di MotoGP tersebut sudah baik untuk mencegah penularan Covid-19.

Baca Juga: Program SIM Gratis di 1 Juli 2020 Tak Sepenuhnya Gratis, Ini Penjelasan Polisi

"Dengan tujuan physical distancing saat ini, semua hal diupayakan untuk mencegah penularan (virus Corona), baik tapi terkesan kurangnya persiapan," kata Sony, Minggu (7/6/2020), dikutip dari GridOto.

Hanya saja ada pertanyaan yang timbul soal rambu tersebut.

Yakni, apakah garis berjarak untuk pengendara motor yang berada di baris belakang tersedia saat volume motor yang mengantre berlebih?

"Kalau enggak ada, ya sama saja bohong, sebaiknya sosialisasi kesehatan seperti pakai masker, helm face shield, sarung tangan, dan jaket lebih ditekankan dan dibuat konsisten," ujarnya.

Lebih lanjut, Sony berujar, semua upaya dalam rangka pencegahan Covid-19 menurutnya baik, tapi konsistensi lebih penting dan sebaiknya diterapkan bukan hanya karena ada wabah virus Corona ini.

Baca Juga: Kenali Penyebab AC Bau, Cara Mencegahnya Gampang Asal Rutin Lakukan Ini

"Jadi upaya membudayakan kesehatan dan keselamatan dalam masyarakat berkendara lebih ditingkatkan. Jjangan sampai banyak yang bermasker tapi enggak pakai helm," imbuhnya.

"Kemudian dibuat garis seperti starting grid, tapi masih ada perilaku meludah sembarangan, tidak bermasker dan lain-lain. Maka sama saja bohong. jadi secara total harus ubah pola pikirnya," sambung Sony.

Ia menambahkan, mengubah karakter dan kebiasaan pengendara dalam hal kesehatan serta keselamatan sebaiknya jangan setengah-setengah.