Otomania.com - Pemandangan motor atau mobil melawan arus sudah sering terlihat di jalan raya Jakarta.
Baik pengendara motor maupun mobil, biasanya memutuskan untuk lawan arus saat lalu lintas di jalur yang dilaluinya tersendat.
Menurut Jusri Pulubuhu, pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), tindakan tak beretika tersebut merupakan cerminan dari kurangnya empati.
“Ada 3 elemen yang merupakan faktor keselamatan di Indonesia yang tidak dipatuhi oleh masyarakat. Pertama, ketertiban berlalu lintas di Indonesia itu sangat rendah. Kedua, pemahaman tentang bahaya risiko kecelakaan itu juga rendah. Ketiga, empati yang sangat rendah di diri pengguna jalan,” ujar Jusri saat dihubungi GridOto.com (4/2/2019).
Baca Juga : Hadeuh, Mobil Ambulans Terobos Jalur Transjakarta, Lawan Arah Pula
Menurut dia, ketiga elemen tersebut merupakan pembanding yang paling kentara antara pengguna jalan di negara-negara maju dengan di Indonesia.
“Di luar (negeri) itu tertib sekali. Sebab, mereka memiliki pemahaman yang tinggi mengenai risiko berkendara. Moralitas, empati atau semangat berbagi mereka sangat tinggi,” bilang Jusri.
Jusri melanjutkan, bahwa ketika terjadi kecelakaan dan sang pelawan arus meninggal, pengendara yang berada di jalur yang benar tetap diberikan sanksi.
“Mereka tidak paham, kalau mereka sampai meninggal dunia, tertabrak orang yang berlalu lintas dengan benar, maka yang benar pun kena hukuman. Walaupun tidak dikenakan hukum maksimal,” kata Jusri.
Baca Juga : Kakek-kakek Bawa Xpander Lawan Arah, Guru Olahraga Tewas Mengenaskan
Nah, Sob, yuk tingkatkan rasa empati terhadap sesama pengguna jalan.
Bagi yang enggak pernah lawan arus, ya bagus banget, lanjutkan!
Bagi yang masih suka lawan arus, sudahlah, sabar… Jalan umum itu bukan punya kamu sendiri!