Otomania.com - Setelah sebelumnya pernah terjadi, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) kembali dibikin geram oleh Mercedez-Benz Distribution Indonesia. Perwakilan merek Jerman itu kembali tak mau memberikan data penjualan produknya per bulan.
Sebenarnya, Gaikindo sudah beberapa kali mengajak rundingan pihak Mercy. Namun sampai tutup tahun 2017 tak menemukan titik terangnya. Intinya pihak mercy belom mau melaporkan data hasil penjulannya.
Padahal, dalam aturan keanggotaan Gaikindo, setiap anggota wajib melaporkan data penjualan per bulan. Melihat data Gaikindo sepanjang 2017, merek asal Jerman itu hanya melaporkan dari Januari hingga April, selebihnya Mei sampai Desember tidak tercantum.
Sepanjang Januari-April 2017, data wholesales (pabrik ke diler) Mercy mencapai 1.380 unit. Januari 284 unit, Februari 352 unit, Maret 425 unit, dan April 319 unit.
(BACA JUGA: Bus Jurusan Cirebon-Bandung dengan Rute Via Arab Saudi)
Dennis Kadaruskan, Department Manager Public Relation PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), belum mau bicara mengenai masalah ini.
"Soal ini kita perbincangkan saja di hari kerja. Sekarang saya masih libur," ucap Dennis saat dihubungi, Senin (1/1/2018), dikutip dari kompas.com.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo menjelaskan, permasalahannya sama seperti beberapa tahun lalu, yaitu pihak prinsipal Jerman tidak mengizinkan membagi data penjualan wholesales untuk diinformasikan ke khalayak.
"Alasan mereka seperti itu. Tetapi buat kami tidak bisa, selagi masih menjadi anggota kami, wajib. Semua juga dilakukan oleh merek lain," ujar Kukuh, Senin (1/1/2018) sore.
Kukuh menambahkan, Layaknya seperti negara, suatu organisasi memiliki aturan dan landasan hukum yang kuat. Warga atau anggotanya wajib mentaatinya.
(BACA JUGA: Biar Aman, Ganti Komponen Gir Satu Set, Ini Penjelasannya)
"Lagi pula kita pernah bertemu dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan mereka bilang juga memberikan data penjualan itu tidak melanggar aturan," tambahnya.
Mungkin juga jika pihak Mercedez masih bersikukuh dengan pendapatnya, alternatif jalannya mungkin bisa dikeluarkan dari keanggotaan.
"Kita akan coba diskusikan lagi dengan mereka nanti. Tetapi, semuanya juga punya batas kesabaran, mungkin kalau tetap seperti ini bisa dikeluarkan dari keanggotaan," ujar Kukuh.