Otomania.com - "Masa jaya" sepeda motor China (mocin) memang sudah usai. Tapi bukan berarti peminatnya sudah tidak ada sama sekali. Versi bekas model yang menjiplak Honda Supra pun masih banyak dicari, meski orientasi penggunaannya sudah berbeda.
Muhammad, pedagang motor bekas Gapura Motor di bilangan Condet Jakarta Timur mengungkapkan bahwa peminat mocin lawas tersebut masih banyak, meskipun tak sebanyak peminat motor bekas kekinian.
"Dalam satu bulan ada saja orang yang bertanya. Misalnya Jincheng, Jialing, itu peminatnya ada," ujar Muhammad, (3/12/2017).
Baca: Kenalkan Sokon Glory 580, SUV China Pesaing HR-V dan CR-V
Dia melanjutkan, calon pembeli mocin Supra tersebut rata-rata merupakan pedagang kelontong. Mereka tertarik lawas karena harganya murah, sekitar Rp 3 juta ke bawah.
"Biasanya, kalangan menengah ke bawah yang minat motor seperti itu. Fungsinya buat dagang bawa air galon atau gas," kata Muhammad.
Meski begitu, pedagang kerap merasa kesulitan mendapat barangnya. Jika ada, hanya ada satu atau dua unit saja, itu pun belum tentu juga.
Senada, Abdillah, pemilik diler motor bekas "Kayna Motor" yang juga berlokasi di daerah yang sama, mengatakan bahwa masih ada beberapa orang yang datang bertanya karena ingin membeli motor bebek lawas tersebut.
Baca : Invasi Merek China, Sokon Ikuti Jejak Wuling Seriusi Pasar Indonesia
Namun biasanya, mochin terjual dalam keadaan pajaknya yang sudah menunggak atau mati beberapa tahun. Kalau barang susah dicari, baru bebek murah lawas yang punya "merek". "Misalnya, Supra Fit tahun 2005 harganya Rp 2,5 juta, tapi pajak sudah mati selama 5 tahun," kata Abdillah.
Mochin memang fenomenal. Beberapa merek di antaranya, Jialing, Jincheng, Hokaido, Fukuda, sampai Kanzen, ramai di tahun 2.000-an. Menariknya, desain mochin-mochin itu mirip dengan Honda Supra.