Jakarta, Otomania - PT KIA Mobil Indonesia (KMI) harus menyesuaikan diri dengan prinsipal, memposisikan sebagai merek dengan harga jual yang dibilang tak murah. Ada semacam "pagar" yang membuat posisi harga harus sebanding dengan kualitas kelas dunia.
Harry Yanto, General Manager Business Development KMI, dalam test drive tiga produk untuk media di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (5/10/2017), mengatakan bahwa pihaknya memang harus mengikuti arahan prinsipal yang memposisikan merek di segmen menengah ke atas.
Dirinya menakui jika harga mobil-mobil KIA cenderung mengarh ke atas, karena arahan dari KMC, mereka tak mau main di kelas murah. "Kalau murah, kualitas kurang baik, dan akhirnya menerima banyak komplain. Tai terbukti, dengan strategi ini brand value Kia naik 6 persen tahun lalu,” kata Harry.
KIA harus bertarung head to head dengan pemain Jepang sampai dari sisi harga, bahwa mereka benar-benar concern menjaga kualitas. Sampai ada semacam prinsip, bahwa mobil Kia yang dijual di 172 negara di dunia, kualitasnya harus sama. Kalau pun impor, harus CBU asli.
Semua pakem dan struktur mobil-mobil Kia di dunia selalu sama. Misalnya soal rangka sampai fitur keamanan dasar. Setiap mobil Kia menggunakan struktur AHSS atau singkatan dari Advanced High Strengthened Steel untuk meningkatkan standar keamanan.
”Secara spesifikasi memang (negara-negara pengimpor) masih bisa memilih. Misalnya ada fitur kontrol traksi, sunroof, atau lainnya. Tapi tidak dengan struktur. Semua harus sama, termasuk standar perakitannya, terutama kenyamaan dan keamanan,” ucap Harry.
Saat ini, KMI mengimpor utuh seluruh line up dari Korea Selatan. KMC pun hanya memilki beberapa pabrik besar di dunia, salah satunya di Rusia, Amerika Serikat, dan Meksiko, untuk memasok unit dan model ke seluruh dunia.