Jakarta, Otomania.com – Perampokan spion mobil mewah di kawasan tertentu di Jakarta menunjukan sikap premanisme yang mengancam keselamatan di jalan. Saat masyarakat sedang mengalami kejadian itu, langkah dasar yang harus dilakukan tetap tenang dan jangan bertindak agresif.
Perampokan spion tidak pernah pudar di Jakarta. Usaha instan lantas dapat uang lumayan besar jadi landasan masih banyak penjahat melakukan itu. Contoh kejahatan itu terekam kamera netizen baru-baru ini. Mengkhawatirkan, sebab dilakukan tanpa peduli sedang dilihat banyak orang.
“Sebenarnya tren perlakuan tindak kriminal ini klasik, sudah akhirnya menular ke daerah tertentu. Dari dulu kan sudah terjadi, memang khususnya untuk mobil premium ke atas,” kata Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) Jusri Pulubuhu, Kamis (31/8/2017).
Baca: Brutal, Rampok Spion Mobil di Siang Bolong
Jusri merekomendasikan langkah-langkah terbaik saat mengalami perampokan spion dalam kacamata defensive driving, dimulai dari tetap bersikap tenang. Perampasan spion biasanya cuma butuh waktu puluhan detik, lalu sang perampok melarikan diri.
Perampokan spion juga biasanya dilakukan di lokasi jalan yang lalu lintasnya tidak lancar. Situasi itu bikin mobil korban tidak bisa ke mana-mana, maka pilihan terbaiknya adalah bertahan.
Selama hal itu kejadian, penumpang di dalam mobil, termasuk sopir, disarankan jangan melakukan tindakan agresif atau tiba-tiba. Sebagian besar mobil mewah, dilengkapi asuransi mobil. Jadi rasanya lebih baik rugi membayar klaim ke perusahaan asuransi daripada bersentuhan langsung dengan perampok.
“Jangan bertindak spontan, misalnya turun atau yang lain-lain. Tetap cool down, melakukan pengidentifikasian. Kalau tidak aman, jangan melawan karena lebih baik rugi materi daripada keselamatan,” ucap Jusri.
Diingatkan Jusri, kejahatan seperti ini biasanya dilakukan berkelompok. Jadi, kemungkinan besar masih banyak komplotan penjahat yang tidak terlihat di sekitar mobil.
“Bagaimana kalau ada peluang tindakan ofensif? Kalau perlu tidak dilakukan, karena kalau si perampok cedera berat atau mati, ada payung hukum yang bisa memberatkan pelakunya,” ujar Jusri.
Ketimbang berpikir melakukan tindakan agresif, lebih baik pengemudi membunyikan klakson yang lama. Tujuannya untuk menarik perhatian sekitar agar banyak masyarakat yang terlibat dalam situasi.