Jakarta, Otomania.com – Walau samar-samar, wacana soal penurunan pajak sedan terus berhembus setiap tahun. Johnny Darmawan, Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri Indonesia punya pendapat ada pihak yang ingin itu segera terjadi.
Johnny menyebut pihak itu adalah merek Eropa. Logikanya, kekuatan utama merek Eropa seperti BMW, Mercedes-Benz, atau Audi, ada pada model sedan. Di dalam negeri, penetrasinya tidak begitu tajam sebab perpajakan sedan paling mahal di antara mobil penumpang.
Penurunan pajak sedan dianggap tidak logis buat Indonesia. Faktor utamanya, jelas Johnny, dihitung dari volume penjualan yang sangat kecil.
“Sedan itu hanya satu persen dari 1 juta unit (penjualan nasional setahun). Anggap sajalah 2 persen, itu berarti 20.000 unit. Anggap saja ada lima pemainnya. Paling tinggi satu merek jual 5.000 unit, wajar ga kalau dia mau bikin pabrik, itu kapasitasnya cuma 60.000 unit setahun,” papar Johnny di Jakarta, Sabtu (29/4/2017).
Menurut Johnny perpajakan sedan tinggi buat melindungi segmen lain yang volumenya besar, yaitu MPV 7penumpang dan Low Cost Green Car (LCGC). Selain itu, dengan mempertahankan dua segmen besar Indonesia bisa mulai berpikir ekspor.
“Bukannya tidak visible, tapi itu kan mengurangi pendapatan pemerintah plus pabriknya juga enggak bisa,” kata Johnny.