Pakai Moge Risiko Celaka Makin Besar

Setyo Adi Nugroho - Selasa, 25 April 2017 | 09:25 WIB

Motor milik Peter Hasudungan Valentino yang menabrak separator taman bundaran Pondok Indah pada Senin (24/4/2017) dini hari. (Setyo Adi Nugroho - )

Jakarta, Otomania.com – Kecelakaan tunggal terjadi Senin, (24/4/2017) pagi menimpa seorang pengendara sepeda motor Suzuki Hayabusa di Bundaran Pondok Indah. Akibatnya motor dengan mesin besar tersebut rusak parah dan sang pengendara meninggal dunia.

Kecelakaan pada motor besar ini mengundang perhatian penggemar motor, terlebih pengguna motor besar. Bukan kali ini pengguna motor besar terlibat kecelakaan dan meregang nyawa.

Muhammad Yunus, praktisi keselamatan berkendara dan pegiat turing dengan motor besar angkat bicara. Menurutnya banyak pengguna motor besar tidak awas dengan potensi bahaya yang mengintai saat menggeber sepeda motor serta berpuas diri dengan perangkat keselamatan seadanya.

“Banyak pengguna motor besar sudah cukup puas dengan helm full face dengan harga murah, kurang dari Rp 1 juta misalnya. Bukan menyepelekan produk helm tersebut, namun dengan tenaga besar motor yang digunakan memerlukan kualitas helm yang tentu lebih terjamin saat keadaan darurat,” ucap Yunus saat dihubungi Senin (24/4/2017).

Yunus memberikan standar perangkat keselamatan pada anggota komunitas yang mengadakan turing bersamanya untuk menggunakan helm yang terjamin kualitasnya. Model helm harus full face dan tidak boleh model half face meski berharga jutaan rupiah.

Yunus juga angkat bicara mengenai motor yang digunakan. Hayabusa merupakan motor dengan mesin 1.300 cc yang besar secara fisik, berat serta tenaga. Di kalangan penggemar motor ini terkenal membutuhkan kemampuan tinggi untuk membawanya.

Saat pengendara membuka tuas gas, melaju kencang maka jarak pandang semakin sempit. Motor dengan tenaga 171 tk ini cukup mudah mencapai kecepatan 100 kpj dan ini membuat kesempatan untuk bereaksi saat darurat semakin kecil.

Apabila pengendara awas dengan kondisi jalan di depannya pasti akan melakukan langkah pengereman guna mengurangi kecepatan. Sayangnya saat kejadian adalah malam hari dimana kemampuan melihat semakin minim dalam kecepatan tinggi.

“Saya yakin bukan kali pertama seseorang lewat jalan Pondok Indah, pasti sudah berkali-kali. Tapi dengan berkali-kali juga tidak menjamin dia bisa terhidar kecelakaan karena ketrampilan mengendalikan motor yang lebih diutamakan,” ucap Yunus.

Bukan kali ini saja kecelakaan terjadi di Bundaran Pondok Indah. Satu yang terkenal adalah kejadian kecelakaan yang menimpa Ustad Uje di 2013 silam. Di tempat yang sama sang ustad meninggal setelah berkendara dengan motor besar miliknya.