Kenalan dengan Kendaraan Tercepat dan Teririt Buatan Mahasiswa

Febri Ardani Saragih - Selasa, 14 Maret 2017 | 15:20 WIB

Replika Turangga Cetha EV5, bikinan tim Bumi Siliwangi Team 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) (Febri Ardani Saragih - )

Jakarta, Otomania.com – Mungkin Indonesia terlalu terpaku menatap langit sampai lupa masih banyak sumber di bumi yang bisa diolah. Contohnya kendaraan irit kreasi mahasiswa Tanah Air, yang sudah bikin publik dunia mendengar lagu kebangsaan Indonesia Raya di ajang Shell Eco Marathon Driver’s World Championship (SEM DWC), yang digelar di Queen Elizabeth Olympic Park, London, Inggris, (5/7/2016).

Kendaraan roda tiga kategori urban concept itu bernama Turangga Cetha EV5, bikinan tim Bumi Siliwangi Team 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Rangkanya dibuat dari material komposit baja dengan bodi serat karbon.

Febri Ardani/Otomania
Saat kendaraan lain masih pakai sistem rem sepeda, tim Bumi Siliwangi Team 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berani pasang sistem rem motor di Turangga Cetha EV5.
Unit replikanya sempat mejeng saat Shell Indonesia menggelar konferensi pers di Jakarta, Jumat (10/3/2017) untuk mengantar total 26 tim asal Indonesia berangkat ke SEM Asia 2017 di Singapura pada 16 Maret.

Turangga Cetha EV5 mengejutkan di London. Bukan hanya karena menyingkirkan tim pesaing terdekat dari Prancis dan Amerika Serikat, namun itu yang pertama kali ada orang Indonesia yang bisa finis pertama di SEM DWC 2016.

Febri Ardani/Otomania
Turangga Cetha EV5 buatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Dirancang dengan konsep kendaraan listrik, Turangga Cetha EV5, menggunakan baterai lithium-ion yang bisa diisi ulang. Catatan yang terekam di SEM regional Asia 2016, kendaraan seberat 95 kg ini mendapat angka efisiensi 77,6 km/kWh.

Shell.com
Turangga Cetha EV5 buatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Pengembangan

Ramdhani, joki Turangga Cetha EV5 yang tahun ini menjadi manajer tim Bumi Siliwangi Team 4, menjelaskan, ada pengembangan pada bodi dan kaki-kaki untuk mengikuti SEM Asia 2017. Ilmu yang didapat langsung dari para insinyur Scuderia Ferrari di Maranello, Italia, bakal langsung diterapkan.

“Tahun ini kami lebih siap, karena kemarin sudah diuji di Ferrari di Italia. Di lomba Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia tahun lalu kami berhasil juara 1 dengan hasil 180 km/kWh,” kata Ramdhani.