Jakarta, Otomania.com – Motor berjenis adventure atau petualang belakangan ini banyak dihadirkan pemegang merek untuk biker di Indonesia. Ini untuk memenuhi kebutuhan mereka yang doyan menjelajah berbagai jenis jalan tanpa menemui kesulitan.
Model sepeda motor petualang ini juga menjangkit dunia modifikasi atau custom culture. Apakah tren ini juga diciptakan melihat dari model yang tersedia di pasaran?
Menurut builder Tommy Dwi Djatmiko, selama ini yang terjadi sebenarnya malah kebalikan. Dunia modifikasi atau kustom yang terlebih dulu menghadirkan model motor-motor penjelajah untuk kemudian diikuti oleh produsen.
“Jadi terbalik. Sejak dulu mulai dari komunitas yang mengusung tren modifikasi yang banyak digemari misal petualang atau dual purpose. Produsen sepeda motor melihat hal itu untuk kemudian menghadirkan model motor yang banyak diminati,” ucap Tommy saat ditemui beberapa waktu lalu.
Contoh nyata adalah pabrikan Ducati yang akhirnya memperkenalkan model Scrambler karena melihat potensi pasar motor jenis ini besar. Kemudian ada MotoGuzzi, serta Triumph yang menyediakan model café racer yang diminati banyak orang.
“Merek banyak mengalah untuk mendapatkan penetrasi pasar yang lebih baik. Kalau tidak mau mengikuti keinginan pasar dengan melihat tren modifikasi tentu lebih susah,” ucap builder yang akrab dipanggil Mastom ini.
“Intinya dengan cara kustom orang dapat puas dengan sepeda motor miliknya karena ada sentuhan personal. Produsen melihat hal itu dengan menghadirkan unit yang sudah jadi, membuat konsumen tinggal memberi sedikit sentuhan bila kurang puas,” ucap Tommy.