Jalan Raya Lebih Berbahaya daripada Sirkuit

Febri Ardani Saragih - Selasa, 7 Maret 2017 | 11:28 WIB

Pengendara motor melintasi jalan berlubang dan bergelombang di Jalan Raya Brebes-Ajibarang, di Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (16/1/2017). Jalur nasional tersebut dinilai sudah tidak memadai. Lebar jalur rata-rata hanya enam meter sehingga tidak berimbang dengan intensitas kendaraan berat yang semakin banyak melintasi jalur tersebut. Kondisi jalan yang cepat rusak juga menyebabkan ruas penghubung jalur pantura dengan jalur selatan Jateng ini rawan kecelakaan. (Febri Ardani Saragih - )

Jakarta, Otomania.com –  Pernah dengar ada pebalap meninggal di sirkuit? Mungkin jumlahnya bisa dihitung jari dalam jangka waktu setahun. Tapi tahukah Anda berapa banyak yang meregang nyawa di jalanan setiap tahun? Jumlahnya jutaan.

Lebih tepatnya sekitar 1,25 juta orang meninggal di jalanan karena kecelakaan menurut data World Health Organization (WHO) . Data yang lebih mencengangkan lagi, setiap 25 detik di seluruh dunia, satu orang meninggal karena kecelakaan,

Setiap harinya, ada 786 pengendara motor, 752 pedestrian, dan 137 pesepeda, yang meninggal karena kecelakaan. Jusri Pulubuhu Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), mengatakan, Senin (6/3/2017), hal itu bencana. 

“Berkendara sepeda motor adalah aktivitas berisiko. Berkendara di dalam kota itu yang lebih berbahaya, bukan di sirkuit,” kata Jusri.

Faktanya lain, dari data WHO, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia untuk rentang usia 15 – 29 tahun. Itu lebih tinggi dari bunuh diri, HIV/AIDS, atau pembunuhan.

“Ini sudah enggak ada argumentasi lagi, pengguna jalan harus pintar dan bijak. Keselamatan di jalan raya milik semua stakeholder, bukan cuma polisi saja. Bikers harus diberi pencerahan soal keselamatan jalan raya, empatinya harus diangkat. Jangan sampai kita yang jadi korban,” kata Jusri.