Jakarta, Otomania.com - Mengupas desain eksterior dan interior sudah selesai. Sekarang, tiba waktunya untuk membahas mengenai sektor jantung pacu, dan bagaimana rasanya mengendarai Renault Kwid di jalanan Jakarta.
Melihat spesifikasi mengenai jantung pacu, "mobil murah" Renault di Indonesia itu dibekali mesin berkapasitas 1.000 cc, tiga silinder, 12 katup. Karakter mobil dengan tiga silinder, cukup kental, apalagi jika mendengar dari suara ketika pertama kali mesin menyala.
Namun, setelah coba berjalan ternyata punya pengendalian yang mudah dicerna. Sehingga, orang yang belum paham dengan mobil, bisa dengan cepat melakukan adaptasinya.
Misalnya, menyesuaikan pedal kopling, perseneling, hingga ketika digunakan di jalan macet, mobil ini masih lincah. Namun, jika sedikit digas dan pengemudi telat memindahkan gigi, tenaganya seolah tertahan dan mesin sedikit bergetar.
Jadi, patokannya di meter cluster akan ada tanda panah ke atas atau ke bawah. Jika sudah berkedip, maka sebaiknya pengemudi langsung memindahkan gigi, misalnya dari tiga langsung ke empat dan seterusnya.
Setelah masuk ke jalan yang konturnya jelek, cukup kagum dengan penggunaan suspensi. Bantingannya tidak terlalu keras, dan juga mengayun, pengaturan peredam kejutnya dirasakan sudah sangat pas, apalagi untuk kondisi jalan di Indonesia.
Di atas kertas, suspensi depan Kwid menggunakan Mac Pherson Strut dengan lower transverse link, sementara belakang Twist Beam dengan Coil Spring.
Bicara mengenai nilai negatif, Kwid yang diimpor utuh dari India ini punya blind spot yang besar, sehingga pengemudi harus lebih ekstra hati-hati jika berkendara, apalagi jalan yang ramai kendaraan lainnya.
Jadi, secara kesimpulan, untuk eksterior sangat bagus, interior kurang begitu maksimal, dan jantung pacu, serta pengendalian dirasa cukup baik untuk crossover mini seperti ini.