Jakarta, Otomania – Kendaraan dengan perangkat turbocharger saat ini banyak hadir di Indonesia. Kehadirannya membuat mesin, baik bensin maupun diesel, mampu menyediakan tenaga di tiap putaran.
Seperti perangkat lain pada kendaraan, turbo juga dapat mengalami kerusakan. Namun kerusakan turbo lebih banyak disebabkan oleh pengetahuan pemilik yang minim mengenai perawatan perangkat ini.
“Banyak yang tidak tahu bahwa perawatan turbo cukup dengan membiarkan mesin langsam selama satu menit sebelum digunakan atau dimatikan. Ini cara yang mudah tapi tidak dipahami pemilik kendaraan dengan fitur turbo,” ucap M. Arief Budiman, Technical Training, Tata Motor Distribusi Indonesia (TMDI), Rabu, (8/2/2017).
Menurut Arief, banyak pemilik mobil langsung mematikan kendaraan mereka atau parahnya menginjak pedal gas sebelum mematikan mesin. Ini cara usang yang terus dipertahankan tanpa tahu akibat buruknya pada mobil.
Jika pengemudi menekan pedal gas lalu langsung mematikan mesin, perangkat turbo yang menggunakan oli mesin untuk berputar akan kehilangan pelumas. Padahal bilah turbin masih berputar sehingga turbo bekerja tanpa pelumas.
“Putaran turbo itu bisa 10 kali lipat dari putaran mesin. Misal mesin putarannya 8.000 rpm, turbo bisa empat kali lipat jadi 100.000 rpm. Ketika suplai oli berhenti, bisa cepat rusak,” ucap Arief.