Jakarta, Otomania – Produk Renault Kwid diperkenalkan pada Oktober lalu dengan kelebihan di sisi harga. Meski berstatus Completely Build Up (CBU) dari India, mini crossover ini berada di lingkungan LCGC dengan banderol harga Rp 117,7 juta.
Status produk impor dengan harga LCGC ini sudah pasti mengundang pertanyaan mengenai apakah akan ada kemungkinan Kwid diproduksi di dalam negeri?
Menurut Ario Soerjo, GM Marketing & Sales PT Auto Euro Indonesia, selaku pemegang merek Renault di Indonesia, mereka sudah memikirkan untuk ke arah tersebut namun ada syarat tertentu yang harus dipenuhi.
“Sudah pasti ada keinginan merealisasikan ide tersebut di masa depan. Misalkan rencana menjadikan volume maker produk ini berhasil, di 2017 laku lalu 2018 semakin laku, maka secara perhitungan ekonomi di satu titik, produksi sudah bisa dilakukan di sini,” ucap Ario yang ditemui beberapa waktu lalu.
Rencana yang bisa dilakukan pertama kali adalah dengan skema perakitan di dalam negeri atau Completely Knocked Down (CKD). Renault dapat memanfaatkan aliansinya dengan Nissan yang saat ini memiliki pabrik di Tanah Air, terutama jalur perakitan di Pulo Gadung milik induk perusahaan Indomobil.
“Bukan tidak mungkin, bisa di pabrik Nissan di Cikampek. Tapi kembali lagi, lihat volume Kwid, apakah bisa masuk skala produksi dalam negeri. Semua tergantung permintaan, itu saja,” ucap Ario.