Jakarta, Otomania - Angkutan sewa berbasis aplikasi di Jakarta dan kota besar lain pertumbuhannya cukup pesat. Di balik itu, ada satu pihak yang merasa dirugikan, terutama para pengusaha atau operator taksi pelat kuning.
Sebab, secara persaingan menjadi ketat, dan hasilnya memang banyak masyarakat yang beralih menggunakan taksi online. Alasannya, karena mudah dipesan, dan tarifnya lebih murah.
Shafruhan Sinungan, Ketua Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) DKI Jakarta mengatakan, sejak akhir tahun lalu, hampir semua operator taksi di Jakarta merasa rugi. Sebab, banyak armadanya yang tidak beroperasi.
"Sekarang lebih parah, sudah mencapai 70 persen, di masing-masing pul sekitar 60-70 persen mobilnya tidak beroperasi," kata Shafruhan belum lama ini di kawasan Jakarta Selatan.
Kondisi seperti itu bisa dicek langsung ke masing-masing pul operator taksi. Menurut dia, kasihan karena dampaknya banyak sopir yang menganggur dan tidak bisa memberikan nafkah kepada keluarganya di rumah.
"Mungkin ada pul yang beralasan ini bekas kerja malam. Asal tahu, kalau kerja malam itu taksi hanya sekitar 10 persen dari total," kata Shafruhan.
Dia berharap, para pengusaha taksi pelat kuning bisa mengubah pola pikirnya, sehingga mampu bersaing dengan taksi online. "Adanya Transmover ini bisa timbul potensi bagi mereka untuk membuat taksi pelat hitam dari para operator taksi." ucap dia.