Jakarta, Otomania - Pengendara mobil terkadang suka nekat menerobos banjir. Padahal jika kedalaman genangan air cukup dalam, bisa merugikan diri sendiri, karena banyak komponen rusak.
Apalagi jika tiba-tiba di tengah banjir mesin mobil tersebut mati. Otomatis, sudah tidak bisa distarter lagi, karena kalau dipaksa potensi kerusakan semakin besar.
Jika air sudah masuk ruang mesin, komponen rusak itu sudah pasti ke perangkat kelistrikan, bahkan dapat merusak Electric Control Unit (ECU). Paling fatal, air masuk ke ruang bakar melalui saringan udara dan menyebabkan mesin rusak berat (water hammer).
Lantas, sampai batas mana mobil mampu menerobos banjir? Menurut General Manager Technical Service PT Toyota Astra Motor (TAM) Dadi Hendriadi paling mendasar, yaitu sampai ketinggian air mencapai setengah ban.
"Meski harus menerobos banjir, perkirakan tingginya air tersebut. Sebaiknya jangan lebih dari setengah ban," kata Dadi kepada Otomania belum lama ini.
Dadi melanjutkan, jika berhasil keluar dari kepungan banjir maka tugas pengemudi belum selesai. Lakukan pengereman dengan cara sambil berjalan dan menginjak pedal rem perlahan.
"Fungsinya untuk menormalkan fungsi rem. Air yang menempel bisa hilang dan setelah dilakukan cara itu rem kembali normal. Lakukan sampai fungsi rem sudah normal," ujar Dadi.
Meski cara seperti itu dibilang paling aman, namun saran Dadi, usai menerobos banjir lakukan pemeriksaan di bengkel.
"Bisa melakukan pembersihan dan pemeriksaan terutama roda, karena bisa jadi air banjirnya korosif atau mengandung garam yang akan membahayakan atau menimbulkan karat," kata Dadi.