Bila Fasilitas Belum Ada, Uji Tabrak Bisa Dilakukan dengan Komputerisasi

Stanly Ravel - Jumat, 21 Oktober 2016 | 16:30 WIB

(Stanly Ravel - )

Jakarta, Otomania — Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah mengusulkan agar Indonesia memiliki fasilitas uji tabrak atau crash test. Hal ini dianggap perlu, mengingat makin banyaknya mobil yang beredar, disertai tingginya angka kecelakaan lalu lintas.

Guru Besar Transportasi Universitas Tarumanagara (Untar) dan Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Prof Ir Leksmono Suryo Putranto mengatakan bahwa uji tabrak tetap diperlukan meski mobil sudah dilengkapi fitur keselamatan.

"Ada alat keselamatan, tetap perlu crash test untuk tahu material dan kostruksi mobil. Mulai dari rangka, sistem keamanannya, lalu bagaimana sistem itu bekerja dan sekuat apa strukturnya melindungi penumpang di dalamnya," ucap Suryo kepada Otomania, Kamis (20/10/2016).

Menurut dia, meski saat ini negara belum memiliki fasilitas crash test, paling tidak, pihak pabrikan bisa membuat simulasi secara komputerisasi. Hal ini penting sebagai data dan informasi bagi konsumen untuk mengetahui kendaraan yang digunakannya.


"Saya pernah usul, paling tidak, dalam waktu tiga tahun ini, bila memang belum memiliki fasilitas crash test, lakukan simulasi. Sebenarnya ada teknologi untuk model dalam komputer. Kita sudah tahu material dari apa, bentuknya bodi apa, rangkanya bagaimana, tinggal dimodelkan saja mobilnya. Dari situ bisa tes berbagai sudut tabrakan, berapa kecepatan, serta apa yang ditabrak. Bagaimana hasilnya, itu terlihat dari simulasi tersebut," papar Suryo.

Menurut dia, selain untuk mobil baru, uji tabrak serta pengawasan juga sangat diperlukan untuk kendaraan transportasi umum. Dalam banyak kasus tabrakan yang melibatkan alat transportasi umum, seperti bus dan mobil travel, investigasi menunjukkan bahwa sejumlah kendaraan ternyata tidak sesuai standar.


"Kasus tabrakan bus rata-rata karena tidak layak jalan, mulai dari rangka yang sudah keropos, hingga sistem pengereman yang tidak baik. Selain karena faktor benturan, banyak korban yang justru meninggal terkena bagian material yang sebenarnya tidak boleh digunakan. Di beberapa mobil travel justru ada yang sengaja menambahkan kursi penumpang agar bisa mengangkut lebih banyak orang, jelas itu salah dan tidak boleh dibiarkan," kata Suryo.