Industri Onderdil Tergantung dengan Mobil Bekas

Stanly Ravel - Kamis, 22 September 2016 | 10:35 WIB

(Stanly Ravel - )

Jakarta, Otomania - Industri onderdil di segmen aftermarket tiap tahun mengalami kemajuan, terutama untuk kendaraan pasca-pembelian. Ipsos Business Consulting menilai akan ada pertumbuhan besar disektor ini seiring dengan jumlah kendaraan penumpang yang akan habis masa garansinya termasuk di segmen mobil bekas (mobkas).

Dari hasil studi terbarunya, Ipsos memproyeksi akan terjadi pertumbuhan populasi kendaraan habis masa garansi sebesar 9,7 persen per tahun sepanjang 2015-2020. Hal ini menjadi sorotan penting karena memberikan peluang yang cukup baik bagi para pemain aftermarket.

"Pasar mobil bekas di Indonesia berkembang secara bertahap menjadi lebih canggih. Dengan ketersediaan yang besar dan pembiayaan yang fleksibel, kondisi ini cukup baik bagi industri aftermarket otomotif," ucap Douglas Cassidy, Head of Consulting, Ipsos Cunsulting Indonesia di Jakarta, Rabu (21/9/2016).

Menurutnya, berlahan namun pasti kemajuan mobkas akan berdampak pada pertumbuhan produk aftermarket. Hingga saat ini, Douglas mengklaim daya beli mobkas masih tinggi karena beberapa hal, yakni harga yang lebih murah dan karena keterbatasan unit mobil baru di diler resmi di beberapa wilayah.

Peluang ini bisa dimanfaatkan bagi industri aftermarket, tapi ada tantangan bagi produsen, yakni pentingnya menidentifikasi mitra distribusi yang tepat.

"Produsen suku cadang akan terus bergantung pada peritel atau toko onderdil untuk mendapat distribusi yang lebih luas untuk menjangkau konsumen. Namun pihak produsen dihadapi dengan situasi kejelasan distributor, mulai dari mengindentifikasi dan pengendalian pihak distributor itu sendiri," ucap Brenda Karnadi, Consultan di Ipsos Consulting Indonesia di kesempatan yang sama.