Jakarta, Otomania – Keinginan industri otomotif untuk menaikkan standar emisi dari Euro 2 ke Euro 4 terus dilakukan. Bagi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), dengan naiknya standar emisi ini akan membuka banyak peluang ekspor produk dalam negeri ke pasar global serta kaitannya dengan emisi yang lebih baik.
Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi mengungkapkan Euro 4 adalah langkah pertama untuk menghadirkan teknologi hijau yang dipandang penting dalam perkembangan dunia otomotif.
“Saya katakan, jangan muluk-muluk dulu menghadirkan teknologi hybrid, hydrogen atau pakai baterai. Euro 4 sajalah dulu. Orang itu kalau mau jalan 100 km, langkah pertamanya yang diperlukan. Langkah pertamanya ya Euro 4 ini,” ucap Yohannes kepada Otomania saat ditemui di pameran GIIAS beberapa waktu lalu.
Yohannes pun menjelaskan, saat ini yang sedang dikaji adalah kesiapan ketersediaan bahan bakar untuk teknologi ini. Pihaknya (Gaikindo) sedang membahas kesiapan dengan Pertamina selaku penyedia bahan bakar dan pemerintah yang memiliki regulasi.
Pihak industri otomotif menginginkan ketersediaan bahan bakar ini pada taun 2019-2020, sedangkan Pertamina baru bisa menyediakan tahun 2023.
“Tahun 2023 terlalu lama. Pak Wapres saat pembukaan pameran mengungkapkan jika Pertamina belum bisa menyediakan maka bahan bakarnya akan diimpor terlebih dahulu. Keinginannya secepatnya namun memang penerapannya harus bertahap,” ucap Yohannes.
Masalah utama pada Euro 4 memang pada bahan bakar. Jika sebelumnya Indonesia dari non Euro ke Euro 2 tidak mengalami masalah karena mesin Euro 2 masih bisa jalan jika bahan bakarnya tidak ada. Mesin Euro 4 tidak akan bekerja jika bahan bakar yang diperlukan tidak tersedia.
Indonesia masih menggunakan Euro 2 bersama dengan Vietnam. Emisi ini sudah using karena saat ini standar emisi sudah menyentuh Euro 6. Beberapa negara ASEAN yang sudah memberlakukan Euro 4 adalah Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina.