Komunitas Moge Menolak Disebut Arogan

Aditya Maulana - Senin, 4 Juli 2016 | 07:45 WIB

(Aditya Maulana - )

Jakarta, Otomania – Satu kata yang ada dibenak masyarakat Indonesia pada komunitas sepeda motor besar (moge), adalah arogan. Biasanya ketika konvoi, pengguna jalan lain diminta minggir sampai rombongan terakhir selesai lewat.

Menanggapi hal itu, komunitas moge Motor Besar Club (MBC) Indonesia, sangat tidak setuju dengan pendapat masyarakat itu. Sebab, tidak semua pengguna moge selalu arogan ketika di jalan raya.

“Itu hanya oknum saja, buktinya kami tidak seperti itu kalau konvoi atau turing. Kami selalu menghargai pengguna jalan lain dan tidak ingin membeda-bedakan,” kata Toto Hendarto, Ketua MBC DKI Jakarta di Sekertariat MBC, Jakarta Timur, Jumat (1/7/2016) malam.

Irian MBC, sekjen MBC Indonesia, menambahkan, pengguna moge selalu taat dengan peraturan lalu lintas. Buktinya, ketika lampu merah selalu berhenti di belakang garis dan jika dibandingkan dengan pengguna motor lain, komunitas moge ini tidak banyak yang melanggar.

“Boleh dilihat setiap hari yang selalu melanggar rambu lalu lintas siapa, kenapa mereka tidak diekspor sedangkan kami jika ada salah sedikit langsung kena ekspos,” kata Irian di tempat sama.

Melihat kondisi seperti itu, MBC Indonesia inisiatif menggandeng komunitas pengguna motor model lain. Tujuannya, untuk memberikan edukasi agar tidak melanggar peraturan ketika berkendara di jalanan umum.

“Kita sudah mulai melakukan itu, dan kita berikan mereka bergabung dengan kami, karena bisa saling bertukar pikiran. Kami ingin menjadi pelopor anti-diskriminasi antar sesama pengguna jalan,” kata Irian.