Jakarta, Otomania – Meski telah mengumumkan akan lebih berkonsentrasi pada market luar negeri tahun ini, PT Gajah Tunggal Tbk (GT) tidak serta merta meninggalkan pasar dalam negeri. GT akan tetap akan bermain di pasar ban pengganti (replacement) dan juga OEM (Original Equipment Manufacturing).
“Pasar OEM kita baru konsentrasi 3 sampai 4 tahun lalu. Masuk ke pasar OEM sebagai bukti pengakuan kualitas ban GT di mata produsen,” ucap Catharina Widjaja, Direktur PT GT saat acara buka puasa di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (!6/6/2016).
Menurutnya OEM memiliki multi effect terutama untuk pasar ban pengganti. Pengguna kendaraan yang menggunakan ban GT di mobil mereka nantinya akan mengganti kembali dengan ban GT saat ban tersebut harus ganti.
“Biasanya memang mengikuti ban keluaran pabrikan. Di situ efek dari penetrasi pasar OEM,” tambah Catharina.
Namun memang diakui, pasar OEM beberapa tahun ini telah menurun dengan catatan 9,3 persen dari tahun ke tahun. Besaran pasar OEM selalu mengikuti pasar kendaraan baru di Indonesia dan tidak bisa lepas dari kondisi penjualan tersebut.
“Maka memang sejak dulu GT konsentrasi pada pasar replacement karena pasar ini lebih tinggi dari OEM. Namun kita tetap memenuhi OEM juga kebutuhan dari produsen mobil tanah air mau bagaimana, kita bisa penuhi karena kita sudah punya R&D lengkap. Paling banyak sedan, MPV dan SUV tidak lupa sepeda motor,” ucap wanita yang akrab dipanggil Cath ini.
Strategi dalam negeri
GT memiliki distributor yang telah tersebar dari Aceh hingga Papua. Melalui kerja sama dengan distributor lokal daerah serta pemanfaatan kerja sama dengan toko Ace Hardware sebanyak 2 outlet dan toko ban milik GT, Tirezone sebanyak 119 outlet, membuat distribusi ke konsumen lebih baik.
“Konsentrasi dalam negeri tetap di pulau Jawa sebagai pusat perekenonomian. Pasar dalam negeri juga dibantu dari pulau Sumatera dan Kalimantan karena pasar komoditas, mining dan plantation,” ucap Catharina.
Hingga kuartal pertama tahun ini penjualan ban replacement di pulau Jawa sebesar 53 persen, Sumatera 27 persen, Kalimantan 11 persen dan Indonesia Timur 9 persen.