"Bikers" Hancurkan Separator "Busway", Potret Buram Lalu Lintas Indonesia

Azwar Ferdian - Rabu, 18 Mei 2016 | 12:02 WIB

(Azwar Ferdian - )

Jakarta, Otomania - Sering mendengar bahkan melihat pelanggaran lalu lintas di jalan raya? Mulai yang kecil dan seakan dimaklumi, sampai pelanggaran fatal yang berujung pada kecelakaan maut. Semua seakan sudah biasa terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta, hingga bukan lagi menjadi muatan yang seksi untuk dibahas.

Tetapi, kali ini pelanggaran yang dilakukan pengguna sepeda motor di Cengkareng, Jakarta Barat, rasanya sulit untuk ditoleransi. Pesepeda motor yang masuk ke jalur transjakarta coba menghindari razia petugas kepolisian dengan merusak separator jalur transjakarta. Aksi ini terekam dalam video dan diunggah di YouTube hingga menjadi viral. (Baca: Bikers hancurkan separator busway)

Edo Rusyanto, koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman), sampai kesulitan mencari kata-kata buat berkomentar. "Ini seperti sudah aksi stres tingkat tinggi para pengguna jalan," jelas Edo saat dihubungi Otomania, Rabu (18/5/2016).

Intinya, menurut Edo, akar permasalahan adalah banyaknya peraturan di jalan raya, tetapi penegakan hukum kurang, akhirnya wibawa hukum tersebut runtuh. "Terjadilah perlawanan massal, tidak ada lagi rasa takut tehadap hukum," lanjut Edo.

"Ini adalah gotong royong yang keliru. Kecenderungannya, kalau dilakukan bersama-sama, memang seperti tidak ada rasa takut, tapi ini sangat berbahaya hingga bisa mencelakakan pengendara lain," jelas Edo lagi.
 
Situasi yang ada di jalan raya memang sudah sedemikian pelik. Sistem transportasi umum yang masih buruk, hingga orang memilih naik kendaraan pribadi sebagai solusi. Tetapi, ternyata ada hambatan mobilitas, misalnya macet atau razia. Pengguna jalan ini pun tertekan hingga melakukan tiandakan anarkistis.

"Poinnya bukan hanya sekadar pengguna jalan yang harus disiplin, tapi kita mengajak penegak hukum disiplin. Mari kita ajak semua para penegak hukum makin menegakkan kewibawaan, ketegasan, konsisten, transparan, dan tidak pandang bulu. Saat ini tidak ada figur teladan di jalan raya. PR utama polisi memang berat, yakni harus memulihkan kepatuhan para pengguna jalan yang mentalnya sudah kacau," jelas Edo.