Wanita Jangan "Baper" Saat Berkendara

Stanly Ravel - Kamis, 21 April 2016 | 19:56 WIB

(Stanly Ravel - )

Jakarta, Otomania - Pengendara sepeda motor wanita saat ini makin meningkat populasinya. Bila dibandingkan dari segi psikologi, rasa sensitif wanita jauh lebih peka dibandingkan kaum pria.

Sensitif yang dimaksud adalah sisi emosi saat berkendara. Tidak jarang pengendara wanita yang merasa panik saat dihadapkan dalam situasi tertentu di jalan raya, contoh seperti merasa terintimidasi oleh pengendara pria, atau tergangu dengan suara klakson yang kencang, dan lainnya.

Mira Keumala Safri selaku Marketing Director dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consultant (JDCC), mengatakan saat sedang membawa sepeda motor di jalan raya wanita harus bisa mengesampingkan emosinya, cukup fokus dan waspada saja.

"Jangan bawa perasaan saat berkendara, ini sangat penting. Maksudnya untuk wanita jangan cepat terbawa emosi karena hal ini bisa membuat konsentrasi jadi tidak fokus. Sebenarnya bukan hanya wanita, hal ini juga wajib diperhatikan pria, intinya naik motor harus mengesampingkan semuanya dahulu, jangan emosi. Kalau emosi kita tidak bisa mencerna dan berpikir apakah ini bahaya atau tidak," ucapnya dalam sesi edukasi Srikandi 5 di Jakarta, Kamis (21/4/2016).

Yang dimaksud dengan fokus dalam berkendara adalah seluruh indra, anggota tubuh, logika, dan empati harus terus digunakan ketika berkendara.

Hal senada juga disampaikan oleh Edo Rusyanto dari Jarak Aman yang mengatakan bahwa, wanita tidak hanya memiliki sisi emosional yang lebih sensitif, tapi juga detail dalam segala hal. Sifatnya ini sebenarnya cukup baik, tapi berbahaya bila diterapkan saat berkendara di jalan raya.


"Karena sifat yang detail dan sensitif wanita memiliki efek lengah yang lebih tinggi, hal ini cukup fatal bila di jalan raya. Contoh ketika dipepet saat berkendara biasanya wanita akan cepat marah, hal ini bisa membuat konsentrasi terganggu karena tidak fokus," ujar Edo di waktu dan tempat yang sama.

Sisi negatif dari perasaaan, menurut Edo juga lebih berhaya ketika menjadi pemikiran yang menerka-nerka. Contoh seperti saat mau menyalip kendaraan tanpa menghiraukan situasi sekitar maka yang timbul adalah menerka bahwa hal itu aman padahal belum tentu.