Jakarta, Otomania - PT Pertamina (Persero) resmi melakukan uji pasar Dexlite sebagai bahan bakar baru untuk mesin diesel. Meski tahap awal harga per liter Dexlite dibanderol Rp 6.750, tapi Pertamina berjanji akan menurunkan harga Dexlite hingga Rp 6.100 bila masalah harga Fatty Acid Methyl Ester (FAME) direspon oleh pemerintah.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan bahwa soal harga turun menjadi Rp 6.100 per liter untuk Dexlite bisa terwujud. Diharapkan pemerintah bisa kompetitif soal harga FAME yang juga dibutuhkan untuk penggunaan mobil umum.
"Kalau pemerintah bisa menetapkan harga FAME yang lebih rendah, Pertamina bisa saja turunkan harga Dexlite. Kemarin saat uji pasar sudah dijelaskan oleh pak Ahmad Bambang (Direktur Pemasaran PT Pertamina) kalau harga Dexlite bisa sampai Rp 6.100 per liter. Hal ini akan kompotitif dengan solar industri yang saat ini digunakan, jadi efeknya masyarakat juga tidak terlalu merasa mahal menikmati solar baru yang berkualitas," ucapnya saat dihubungi Otomania.
Dexlite memiliki angka cetane 51 serta kandungan sulfur 1.200 ppm, bahan bakar diesel ini dinilai lebih baik dari bio solar yang saat ini sudah ada. Posisi Dexlite sendiri ada diatar solar dan Pertamina Dex.
Selama masa uji coba, Pertamina akan memasarkan Dexlite di 33 SPBU yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Dexlite bisa dinikmati para pengguna mobil diesel yang membutuhkan kualitas bahan bakar lebih baik dari solar biasa dengan harga yang berada di bawah Pertamax Dex.
1.000 KL
Untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi Dexlite dan tidak menggangu suplay BBM lainnya, Pertamia sudah menyiapkan beberapa strategi. Mulai dari infrastruktur terminal BBM, armada mobil tangki, sampai infrastruktur IT serta fasilitas lainnya.
"Untuk pengadaan kami siapkan 1.000 kiloliter per hari untuk instalasi Jakarta Group. Untuk pengiriman dan terminal BBM ke SPBU kami juga sudah siapkan mobil tangki multipurpose sehingga dengan adanya produk Dexlite tidak akan menganggu produk BBM lainnya," ucap Wianda.
Sementara saat ditanya pengembangan pasar, dirinya hanya mengatakan untuk melihat terlebih dahulu uji pasar di 33 SPBU. Bila hasilnya positif kemungkinan besar akan masuk lebih cepat ke pasar di Indonesia Timur.