Jakarta, Otomania — Peranti pemanja telinga adalah salah satu syarat mutlak pengobat bosan di perjalanan. Inilah komponen yang menjadi target utama untuk diperbaiki para pemilik mobil, yang biasanya dimulai dari head unit (HU).
Bernard Maniagi, pemilik Abadi Jaya Audio, toko khusus audio mobil di Sentra Otomotif Pasar Inpres Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (16/3/2016), mengatakan, mengganti HU seharusnya dilakukan agar membuatnya ”semakin pintar”, bukan karena alasan memperbaiki kualitas audio.
”Kalau kualitas audio, penyebabnya banyak, enggak cuma head unit. Bisa dari kualitas speaker, kabel, atau penataan. Yang benar, ganti head unit agar lebih canggih. Misalnya, bisa touch screen, bisa dicolok via USB, atau ada sensor gestur,” kata Bernard.
Kendati demikian, penggantian HU tak bisa asal. Banyak mobil yang sistem audionya terintegrasi dengan komponen komputer canggih. Dikhawatirkan, saat perangkat dicopot dan mengganggu sistem kelistrikan, garansi produsen akan gugur.
Bernard mengatakan, mobil-mobil canggih Eropa cukup sulit ”dioprek”. Itu bisa, tetapi harus hati-hati karena banyak sistem yang terhubung dan rawan korsleting. Saran terbaik untuk mobil seperti ini, cukup ganti speaker dan instalasinya.
Bagaimana dengan mobi-mobil Jepang? Meski head unit-nya terintegrasi dengan dashboard, bagian itu pada umumnya bisa dilepas dan ada produk aftermarket-nya. Penggantiannya tidak serumit mobil Eropa.
”Misalnya, kabel-kabel yang mudah diurutkan dan kebanyakan plug and play. Sistem pengoperasian audio lewat tombol pada setir tidak terganggu, dan tampilan pada MID tidak terpengaruh,” kata Bernard.
Saat mengganti HU, alangkah baiknya jika produk yang dipakai berspesifikasi original equipment manufacturer (OEM) alias kompatibel atau berukuran sama.
”Kalau bisa, pilih yang fitur konektivitas output-nya memiliki RCA untuk front, rear, dan subwoofer. Kalau suatu saat ingin meningkatkan kualitas suara lebih baik, tidak perlu lagi mengganti HU. Minimal punya 2 RCA output dan fitur equalizer,” urai Bernard.