Jakarta, Otomania – Pameran komponen otomotif nasional INAPA 2016 (International Auto Parts, Accessories and Equip Exhibition) hanya diikuti 20 persen pengusaha lokal, sedangkan 80 persen adalah pengusaha asing.
Baki Lee, Presiden Direktur PT Global Expo Management (GEM Indonesia) menjelaskan, salah satu alasannya karena kebanyakan pengusaha komponen bermain di Original Equipment Manufacture (OEM), yang membuat mereka berpikir tidak perlu promosi tambahan di pameran. Selain itu, mereka juga banyak yang bermain aman dan sangat kurang percaya diri.
“Kalau OEM jelas mereka selalu bermain aman, mereka selalu dapat order dari sana. Kebanyakan dari mereka juga bergantung hidupnya dari pabrikan ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) saja. Jadi mereka sudah terlena, sehingga malas masuk aftermarket,” ujar Baki.
Baki menambahkan, pemikiran seperti itu sebenarnya tidak bagus, karena saat pasar otomotif (mobil dan sepeda motor) sepi, mereka juga akan terkena imbasnya. Ketika itu terjadi, mereka akan kebingungan untuk mencari pemasukan lain, seperti misalnya dari pasar aftermarket.
“Seharusnya pengusaha komponen memiliki kemampuan pada dua pasar tersebut, OEM dan aftermarket. Agar bisa terus berkembang dan tidak hanya bergantung pada pasar OEM. Jadi kalau OEM-nya turun, bisa memaksimalkan pasar aftermarket,” ujar Baki.
Ditegur ATPM
Baki melanjutkan, bahkan ada beberapa pengusaha komponen yang pernah ditegur ATPM ketika mereka ikut dalam pameran.
"Ini cerita lama, ada suatu perusahaan pabrik mengikuti pameran. Kemudian dilihat ATPM, lantas ditanya, kenapa kamu masuk pameran, kamu kan sudah dapat order dari kami, kenapa ikut pameran lagi, ingin cari pasar lain? Pengusaha itu lantas berpikir 'iya juga', nanti saya terkena sanksi dan ujung-ujungnya nanti di-stop ordernya. Itulah juga jadi salah satu penyebab pemain lokal kita ini pesimis untuk ikut pameran," jelas Baki.