Jakarta, Otomania – Sebagai LCGC alias mobil murah, Karimun Wagon R GS punya nilai lebih yang bisa menjadi nilai jual. Ketersediaan transmisi Auto Gear Shift (AGS) cukup membantu masyarakat urban untuk mengurangi lelah saat berjibaku dengan kemacetan.
Kendati demikian, bukan berarti AGS yang ditanam pada Wagon R bebas masalah. Otomania coba membeberkan nilai plus dan minus penggunaan transmisi unik ini saat berjalan di perkotaan.
Sudah jelas, bahwa nilai lebih yang ditawarkan adalah bebasnya kaki kiri dari rasa pegal, karena tak ada lagi pedal kopling untuk memindah gigi. Harga Rp 120 jutaan, mendapat mobil baru dengan status transmisi matik cukup bernilai.
Pada artikel sebelumnya, Otomania sudah mengungkap bagaimana pengoperasian transmisi ini. Terdapat beberapa kendala yang dialami, termasuk perpindahan gigi yang tak sesuai dengan putaran mesin dan kecepatan. Dikhawatirkan, konsumsi bahan bakar menjadi sedikit lebih boros.
Kendala lain, saat butuh berakselerasi untuk mendahului. Jika menggunakan mode D, harus sedikit lebih tega menginjak pedal gas lebih dalam untuk memberi perintah penurunan gigi. Jika tidak, posisi gigi tetap pada gigi teratas dan mobil sulit melaju.
Engine Brake
Sedikit mengganggu ketika mobil harus mengurangi laju, misalnya menemukan lalu lintas. Saat mobil direm, transmisi tidak melakukan atau terlambat downshifting. Alhasil, mobil tidak mendapat cukup engine brake untuk membantu mereduksi kecepatan.
Lagi-lagi, pengemudi harus memindahkan tuas ke posisi M agar mendapatkan posisi gigi yang diinginkan. Namun, kadang-kadang, saat dipindah ke M dan posisi gigi dikurangi, ternyata modul sudah mengurangi gigi duluan, sehinga cukup membahayakan.
Mengoperasikan transmisi ini butuh feeling kuat untuk memahami karakternya. Saat sudah terbiasa, AGS justru cukup mengasyikkan untuk diajak melaju, terutama saat melibas jalan bebas hambatan.