Siapa yang Pantas Mengendarai Supercar

Ghulam Muhammad Nayazri - Kamis, 31 Desember 2015 | 11:01 WIB

(Ghulam Muhammad Nayazri - )


Jakarta, Otomania –
Gaya hidup  jadi latar belakang seseorang memiliki mobil super (supercar) di Jakarta. Rasanya di Indonesia sudah menjadi hal yang wajar, ketika kemapanan atau kesuksesan seseorang bisa terlihat saat di garasi terparkir mobil mewahnya.

Galih Laksono, pemilik bengkel G-Speed Indonesia spesialis mesin V8 atau mobil berkubikasi mesin besar mengatakan, tapi apa jadinya jika seseorang yang baru mapan di usia tua, tidak pernah membawa mobil super, tidak pernah ngebut, tapi masih ingin bawa mobil bertenaga besar?

“Ini yang menurut saya tidak wajar dan pantas. Karena semakin usia bertambah reflek atau antisipasi berkendara menjadi kurang. Apalagi diikuti dengan pengalamannya yang minim, maka akan semakin membahayakan,” ujar Galih Laksono, pemilik bengkel G-Speed Indonesia spesialis mesin V8 atau mobil ber-cc besar kepada Otomania, Senin (28/12/2015).

Galih melanjutkan, berbeda dengan misalnya veteran pembalap seperti Carrol Shelby yang masih cakap mengemudikan mobil ber-cc besar meski di usia tua, karena pengalamannya. 

“Orang yang sering melakukan balapan mempunyai pengalaman, reflek dan mengambil keputusan secara cepat untuk mengendarai mobil bertenaga besar. Seperti yang dilakukan oleh Mr. Carroll Shelby, yang seumur hidupnya selalu mengendarai mobil bertenaga besar. Ini yang saya sebut pantas,” ujar Galih.

Namun, lanjut Galih, hal itu juga berlaku bagi pembalap Formula 1 yang belum tentu bisa mengendarai dengan benar mobil ber-cc besar di jalan raya. Karena karakter mobil dan situasi jalan yang berbeda. Di sirkuit, kondisi jalan sudah dipersiapkan untuk kecepatan tinggi dan dipakai secara khusus sesuai dengan aturannya.

“Sedangkan di jalan umum, semua tumplek jadi satu. Dari roda dua tanpa mesin hingga bermesin, truk dengan roda enam (bahkan lebih), sampai kendaraan bermotor lainnya, yang sudah tentu dengan tingkat kematangan mengendara yang berbeda,” tutur Galih.

Jadi, tambah Galih, berupayalah untuk memantaskan diri, salah satunya untuk berpikir lebih jauh ketika akan menggunakan supercar di jalanan ibukota. Mengingat beberapa akhir ini banyak kejadian yang melibatkan kendaraan supercar.