Jakarta, Otomania – Dunia modifikasi sepeda motor memang tidak mengenal batas, semua ide bisa diekspresikan pada tubuh tunggangan. Namun, tentunya lain hal jika kendaraan yang dimodifikasi tidak ikutkan kontes tapi digunakan sehari-hari.
Ubahan tersebut (penggunaan sehari-hari) jelas harus sesuai dengan hukum lalu lintas yang berlaku, dan tidak membahayakan. Marcell Kurniawan, Training Dirctor The Real Driving Center mengatakan, ketika ada modifikasi yang mengabaikan dua nilai tersebut, pantas disebut modifikasi “alay”.
“Iya benar saya setuju dengan itu. Jadi ketika modifikasi yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan hukum dan berkesalamatan di jalan, bisa dipanggil dengan sebutan itu,” ujar Marcell kepada Otomania, Rabu (30/12/2015).
Marcell memberi penjelasan lebih lanjut bahwa asal mula “alay” sendiri, diawali dari tidak teraturnya kata-kata (tidak sesuai tata bahasa) yang digunakan sekelompok masyarakat ketika mengirim pesan di sosial media. Jadi saat ada modifikasi yang tidak teratur sesuai ketentuan hukum bisa juga disebut “alay”.
“Sebenarnya alay itu dimulai waktu mengganti penyusunan huruf baku menjadi acak-acakan, tanpa mengindahkan aturan penulisan yang ada. Nah, bila seseorang mulai mengganti-ganti komponen kendaraan tanpa mengindahkan aturan keselamatan dan keamanan diri, bisa juga disebut alay atau bahkan sangat alay,” tutur Marcell.