Jakarta, Otomania – Masalah ketika memiliki mobil super (supercar) di Indonesia, khususnya daerah padat seperti Jakarta, adalah tidak bisa sering dipakai harian. Meski bisa dikendarai di jalan, namun performa supercartidak bisa dikeluarkan seluruhnya, bahkan tidak sampai setengahnya.
Galih Laksono, pemilik bengkel G-Speed Indonesia, spesialis mesin V8 atau mobil bermesin besar mengatakan, akan timbul masalah pada supercar saat performa mesin tidak terpakai semuanya. Ini biasanya terjadi di daerah perkotaan seperti Jakarta.
“Jika begitu, masalah yang umum terjadi adalah penimbunan kerak pembakaran pada mesin. Meski di beberapa merek sudah memiliki kemampuan mengurangi penimbunan kerak, tapi hal itu seringkali tidak terhindarkan,” ujar Galih kepada Otomania, Senin (28/12/2015).
Galih melanjutkan cara mengantisipasinya yaitu, pemilik kendaraan super ini tidak harus ngebut dengan kecepatan tinggi. Cukup dengan menggunakan gigi rendah hingga putaran mesin (rpm) mencapai batas aman 30 sampai 40 persen, atau jangan lebih dari batas maksimum standar pabrikan.
“Tapi jika rpm lebih dari yang disampaikan di atas pada posisi gigi rendah, yang terjadi adalah mesin menjadi rusak, di mana setang piston bisa bengkok. Itu berarti membuat mesin mengalami kerusakan fatal,” tutur Galih.