Jakarta, Otomania – Penggantian knalpot kerap dilakukan pemilik roda dua. Tujuannya, entah untuk menambah performa kendaraaan, atau hanya sekedar mengincar suaranya yang keras. Namun, mengubah spesifikasi bawaan pabrik memang memiliki kekurangan.
Budi Nugroho, Kepala Mekanik Honda Palmerah Motor mengatakan, dalam aturan, penggantian knalpot tidak direkomendasikan. Karena knalpot standar pabrikan, sudah mengalami perhitungan presisi, akan debit udara hasil pembakaran yang seharusnya dikeluarkan. Malah, dari desainnya, ada sebagian hasil pembakaran yang masih disimpan.
“Sudah standar dari pabrikan Honda, desain knalpot sudah menghitung debit keluar dan yang disimpan berapa. Jadi jelas perhitunganya. Karena kalau terlalu banyak udara yang dibuang, akan tidak efisien. Dalam prosesnya, masih ada hasil pembakaran yang tidak dikeluarkan oleh knalpot, dan digunakan kembali untuk membantu proses pembakaran,” ujar Budi kepada Otomania, Rabu (4/11/2015).
Budi menambahkan, yang pasti dengan knalpot bawaan pabrik, lebih bersahabat dan sesuai dengan kebutuhan mesin. Konsumsi bahan bakar juga menjadi lebih efisien. Jadi kalau knalpot sudah diganti dengan produk aftermarket, maka sirkulasi udaranya akan berbeda dengan asli pabrikan.
“Selain itu, penggantian knalpot juga memuat perilaku pemilik kendraan menjadi berbeda, seperti menjadi lebih rajin memainkan gas (geber), itu sudah pasti. Kalau cara pakainya seperti itu, dengan knalpot yang pembuangannya teralu lancar akan membuat bahan bakar menjadi boros. Lebih dari itu juga akan menghilangkan garansi sepeda motor,” ujar Budi.