Jakarta, Otomania – Mungkin masih banyak yang meremehkan minyak rem, padahal ini merupakan salah satu faktor penentu keselamatan. Jika kondisinya sudah tidak lagi berfungsi maksimal, maka dikhawatirkan proses pengereman bisa gagal. Maka dari itu, periksa selalu kondisinya.
Suprianto, teknisi bengkel dan toko suku cadang Touwanishop mengatakan, kondisi udara atau cuaca jadi hal yang harus diperhatikan. Karena perbedaan suhu udara tersebut mempengaruhi kondisi minyak rem. Biasanya untuk daerah dengan suhu udara lembab, penggantian akan lebih cepat. Informasi ini mungkin cukup awam bagi beberapa pemilik kendaraan di Indonesia.
“Seperti di daerah Puncak, Jawa Barat, yang memiliki suhu udara lembab, periode penggantian minyak rem akan lebih cepat dari daerah dengan kondisi biasa. Ini bukan hanya berlaku bagi pemilik kendaraan yang bertempat tinggal di daerah seperti itu, tapi juga bagi bikers yang melakukan sering touring, dan melalui daerah dengan suhu berbeda,” ujar Supri, Rabu (21/10/2015).
Suprianto melanjutkan, suhu lembab tersebut akan menimbulkan embun pada selang minyak rem, karena perbedaan suhu luar dan dalam. Embun yang mengandung air ini juga bisa muncul pada tabung minyak rem.
Dalam tabel pengujian yang dilakukan NHTSA (National Highway Traffic Safety Administration), sekurangnya tiga persen kandungan air ada di dalam minyak rem setelah 18 bulan, pada suhu udara yang cukup lembab.
“Jika kandungan minyak sudah terkontaminasi dengan air, nantinya rem bisa blong sewaktu kita melakukan pengereman. Jadi untuk yang suka touring ke daerah pengunungan, atau bahkan yang tempat tinggalnya lumayan lembab dan dingin, penggantian minyak rem bisa saja dipercepat. Jika menurut bengkel resmi dua tahun, namun pada posisi satu tahun setengah, mulai dicek kondisi minyak remnya,” ujar Suprianto.