Jakarta, KompasOtomotif – Banyak risiko mengendarai mobil di kota besar. Salah satu yang jadi momok adalah pelek ”menghajar” lubang atau nyenggol trotoar. Jika benturannya cukup keras, dikhawatirkan pelek ”peyang”, penyok, atau bahkan retak dan pecah. Solusinya, ganti pelek atau servis.
Banyak toko yang bisa menyervis, tapi yang spesialis bisa dihitung dengan jari. Di Jakarta, salah satu yang dianggap spesialis dan dijadikan rujukan adalah Gelora Teknik Sarinande, bengkel bubut yang beroperasi di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan.
Banyak pemilik mobil yang membawa pelek peyang atau retaknya di sini, bahkan ada juga toko ban yang melempar pekerjaan tersebut di bengkel yang letaknya bersebelahan dengan Pasar Mede ini.
Menurut Mulyono, Supervisor Sarinande, untuk menyervis pelek sebaiknya menggunakan mesin. Banyak yang bisa menyervis, tapi manual dengan diketok serta dipanasi. Sementara di Sarinande, menggunakan mesin press. ”Peyang atau retak paling parah sekali bisa kembali lagi dan lebih rapi,” ujar Mulyono.
Jenis Kerusakan
Paling sering dikeluhkan, peyang atau penyok. Sarinande mematok servis jenis ini antara Rp 150-250 ribu per pelek. Mulyono menjelaskan bahwa kadang tak cukup hanya di-press. Untuk kerusakan tertentu butuh dibubut dan ”dipapras” agar tetap simetris.
Kerusakan lain adalah retak atau pecah. Kalau yang ini prosesnya hampir sama, di-press dulu dan dibuat presisi kembali. Namun ada langkah tambahan, merapikan dengan dempul dan lem. ”Menyambungnya kembali nanti dilas secara manual. Lem dan dempul untuk meminimalisir pori-pori agar lebih kuat,” kata Mulyono.
Untuk kerusakan jenis ini dipatok paling murah Rp 250 ribu untuk pelek 18 inci ke bawah. Semakin besar diameter atau semakin parah kerusakan, harga bisa lebih mahal, bahkan mencapai Rp 500-1 juta per pelek.
Meski demikian, untuk pelek yang sudah diservis, disarankan tidak dipakai terlalu lama. Bengkel tidak menjamin soal kekuatan, meski hasil pengerjaan tergolong rapi.