Ini Alasan “Pulsarian” Tetap Bertahan

Ghulam Muhammad Nayazri - Jumat, 16 Oktober 2015 | 08:03 WIB

(Ghulam Muhammad Nayazri - )


Jakarta, Otomania 
— Pada 2013 lalu, bengkel resmi Bajaj Pulsar yang ada Indonesia ditutup. Namun, para pemilik sepeda motor ini tidak mau menyerah dan tetap bertahan. Mereka menganggap sudah sangat nyaman dan suka dengan produk asal India ini.

Hal tersebut disampaikan Lulu, mantan teknisi bengkel resmi Bajaj Pulsa Tambun, saat ditemui Otomania, Kamis (15/10/2015). Tidak hanya Lulu, Nanang Nusantara, dedengkot Pulsarian Indonesia yang berhasil keliling Indonesia menggunakan Bajaj Pulsar 200, mengatakan hal serupa.

“Sejak pertama kali melihat sepeda motor ini dipajang di diler, dekat dengan salah satu jalanan sekolah anak, saya sudah jatuh cinta. Tampangnya sangar seperti predator, dan setelah membeli pada 2008, ternyata tidak hanya desainnya bagus, tapi juga performanya,” ujar Nanang, pria yang tahun ini menginjak usia 55 tahun.

Nanang menceritakan, dirinya mengetahui ketangguhan sepeda motor ini setelah bergabung di komunitas Pulsarian dan memberanikan diri untuk menjelajah Indonesia sendiri dengan menggunakan sepeda motor miliknya. Nanang mengaku, sembilan pulau telah dijamah dengan Bajaj Pulsar, dan selama itu, sepeda motornya belum sama sekali rusak atau bermasalah.

“Saya katakan ini disaksikan sang teknisi Lulu dan teman komunitas yang mengikuti kisah perjalanan saya. Sepeda motor ini tangguh, menjelajah sembilan pulau, tetapi tidak mengalami gangguan,” ujar Nanang.

Nanang menambahkan, karena pangalamannya itu, meski saat ini ATPM Bajaj Pulsar sudah meninggalkan produknya tanpa kawalan, dirinya menganggap produk ini pantas untuk dipertahankan.

Kemudian, Febry, anggota Ranger Pulsarian Kaliber (Kalimalang Bekasi Raya), mengatakan hal serupa. Kenyamanan, desain yang bagus, dan performa Bajaj Pulsar yang sudah pernah dirasakan membuat sepeda motor ini tidak pantas untuk dijual, meski sudah ditinggal induknya. Tidak hanya dirinya, tetapi hampir semua pengguna Pulsar mengatakan ini, termasuk yang bergabung di komunitas.

“Selain enak dikendarai, sepeda motor ini sangat irit. Banyak juga teman-teman yang menjual Bajaj Pulsar pada tahun 2013 merasa rugi, dan saat ini mereka mencari dan ingin membelinya kembali. Salah satu alasan kami bisa bertahan juga yaitu karena komunitas Pulsarian yang memiliki banyak jalan keluar terkait dengan urusan suku cadang,” ujar Febry.

Febry menambahkan, hingga saat ini ada sekitar 30 chapter di seluruh Indonesia, yang kalau ditotal hampir 2.000 anggota. Itu belum termasuk pengguna Pulsar di luar komunitas.