Jakarta, Otomania - Membeli kendaraan roda empat memang tidak semudah membeli pakaian atau makanan. Perlu pertimbangan khusus yang dilakukan calon konsumen, sampai memutuskan untuk membeli mobil.
Setidaknya, ada tiga karakter umum dari calon pembeli mobil. Pertama adalah mereka yang mempertimbangkan harga. Kedua, orang yang cari aman dengan meminimalisasikan risiko, dan terakhir orang yang berpatokan dengan gengsi.
Tiga karakter inilah yang dijelaskan Fischer Lumbantoruan, Chief Operating Officer Mobil 88. Mereka yang menentukan pasar dan mengategorikan dengan sendirinya antara pasar mobil baru ”reguler”, mobil murah tapi baru (LCGC), atau mobil bekas.
Fischer menjelaskan, saat LCGC mulai menyerbu dan tumbuh, pasar mobil bekas tidak begitu terpengaruh. Justru adanya LCGC muncul segmen baru, notabene dihuni orang-orang yang ingin aman dan meminimalisasi risiko, tapi tetap mempertimbangkan harga.
”Ada orang yang ingin membeli mobil baru, tapi harganya masih belum terjangkau. Muncul LCGC yang membuat mereka memutuskan beli mobil baru. Tapi orang-orang yang ingin beli mobil bekas dengan fitur lebih tinggi daripada LCGC tetap ada,” kata Fischer, Senin (21/9/2015).
Membeli mobil baru, menurut Fischer, buat orang-orang yang ingin aman dan meminimalisasikan risiko, akan sangat berarti dan menaikkan gengsi. Ada kebanggaan, saat mobil berstatus tangan pertama, kilometer nol, dan tidak ada risiko yang harus ditanggung.
Karakter berbeda ketika ada orang yang lebih memilih mobil bekas 1 atau 2 tahun pakai. Pertimbangan ekonomis sangat tinggi. Karakter konsumen seperti ini biasanya lebih suka melimpahkan penyusutan harga 15-20 persen kepada pemilik pertama.
”Misalnya Innova, kenapa ada yang beli bekas tahun 2013-2014? Padahal harga tidak jauh dengan yang baru, cuma beda Rp 15-20 juta. Buat orang yang mampu beli mobil di atas Rp 200 juta, beda 15-20 juta gak ada artinya dong? Tapi kenapa ada yang mau beli bekas? Itu kembali ke karakter masing-masing,” kata Fischer.