Jakarta, Otomania – Dalam dunia sepeda motor setidaknya ada dua karakter penyetelan yang nampaknya tidak asing, kering dan basah. Penyesuaian ini dilihat dari komposisi campuran bahan bakar dan udara (air fuel ratio), yang diatur berdasarkan keinginan.
Namun, menurut Koko Adiyaksa, Manager bengkel spesialis sepeda motor sport Sportisi Motorsport, setelan seperti ini ternyata menyimpan titik kekurangan yang tidak jarang menimbulkan kerugian. Maka dari itu harus dikonsultasikan baik-baik ketika akan menyetel kendaraan.
“Setting-an seperti ini memang sekilas memiliki keuntungan, tapi jangan pula dilupakan kerugiannya. Hal yang di luar standar pastinya akan memberikan efek tertentu,” ujar Koko, Sabtu (19/9/2015).
Setelan basah sendiri, kata Koko, memang memberikan keuntungan karena mesin menjadi tidak mudah panas. Namun, yang perlu diperhatikan, jika terlalu basah, maka bensin akan boros. Lebih dari itu, mesin sepeda motor akan banjir (kelebihan bensin) sehingga akan kehilang tarikan.
Sementara setelan kering sendiri, akan membuat mesin menjadi mudah panas, sehingga internal part akan mudah rusak. Usia keawetan mesin sepeda motor dengan setting-an kering akan semakin berkurang.
“Jika seharusnya usia mesin mencapai lima tahun, dengan setelan seperti ini komponennya hanya mampu bertahan sampai tiga tahun saja, akan sangat merugikan,” ujar Koko.
Koko menyarankan, maka sebaiknya setelan sepeda motor disesuaikan dengan standar yang seharusnya, tidak kelebihan bahan bakar atau bahkan kekurangan. Pengaturan dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis supply bahan bakar pada mesin, karburator atau injeksi.
“Jadi tidak ada yang basah atau kering, karena yang paling benar ialah yang pengaturannya tepat, tidak lebih dan kurang. Maka akan dijamin keawetan komponennya, tapi kembali lagi bagaimana pemilik merawat dan menggunakan sepeda motornya,” tutur Koko.