Jakarta, Otomania – Secara garis besar, sekarang ini ada dua produk aki yang dipasarkan di seluruh Indonesia, jenis basah dan manitenance fee (MF/aki kering). Buat Anda yang memang berniat membeli aki baru, sebelum memilih jenis mana, ada baiknya pelajari masing-masing karakteristiknya, supaya lebih cakap dalam menentukan.
Agustono Santoso, Promotion Manager Yuasa Battery mengatakan, dua aki tersebut pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Aki basah biasa disebut sebagai produk konvensional, sedangkan MF bsa dibilang lebih muda teknologinya dan dirancang agar lebih banyak memberikan keuntungan bagi konsumennya.
"Salah satu keunggulan aki MF ketimbang aki basah, salah satunya adalah dari daya penyimpanan lisrik yang lebih banyak. Namun secara garis besar, setiap produk pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,” ujar Agus, Selasa (4/8/2015).
Awet
Satu hal yang wajib diketahui konsumen, adalah setiap aki pasti punya keterbatasan waktu operasional. Untuk aki MF dengan kualitas baik, umumnya berusia satu sampai dua tahun sebelum minta diganti. Sedangkan untuk aki basah, usianya berkisar satu sampai satu setengah tahun.
Mengapa aki MF cenderung lebih awet? Menurut Agus, jeroan komponen ini, terutama pada bagian timah sudah dilapisi dengan kalsium, sehingga membuatnya tidak mudah rontok. Sedangkan, pada aki basah tidak. Selain itu, penguapan cariran asam sulfat pada aki MF semakin diminimalisir, karena desainnya yang tertutup rapat, berbeda dengan yang basah.
Tapi, meski memiliki segudang keunggulan ketimbang aki konvensional (basah), penggunaan aki MF dirasa kurang ideal untuk konsumen di Indonesia yang beriklim tropis. Dengan musim panas yang panjang maka suhu yang harus diterima aki semakin tinggi. Apalagi, posisi aki biasanya di dalam kap berdampingan dengan mesin yang juga memancarkan panas.
Jika sampai menguap, otomatis usia aki MF akan jauh lebih sebentar ketimbang tipe konvensional. “Aki kering memang dibuat di daerah yang memiliki empat musim, jadi tidak akan terganggu dengan suhu panas yang akan menguapkan cairan di dalam aki,” ujar Agus.
Sedangkan untuk aki basah sendiri bisa dikatakan lebih ideal digunakan untuk konsumn di indonesia, apalagi ketika kondisi cuaca panas. Kadar air aki bisa selalu dipantau, jika terjadi kekurangan karena penguapan yang besar, bisa langsung ditambahkan asal jangan sampai melebihi titik lower level. Bisa jadi usianya akan lebih panjang dari aki MF.
Perawatan
Aki MF (maintenance free), dari identitasnya sudah bisa di asumsikan bahwa aki ini tidak membutuhkan cukup banyak perawatan. Hanya tinggal digunakan dan tunggu saja hingga sampai soak. Jadi bagi yang cukup merasa direpotkan dengan kegiatan pengecekan kadar air aki secara rutin, bisa memilih jenis ini.
Lain halnya untuk aki basah, kadar airnya harus selalu diperiksa, agar tidak mencapai titik lower level. Karena jika hal tersebut terjadi aki sudah tidak bisa digunakan kembali. Meski banyak yang menawarkan jasa untuk kuras aki, usianya hanya akan bertahan dua sampai tiga bulan.
“Batas lower level tersebut dimaksudkan untuk menjaga timah aki agar tetap terendam air, karena ketika timah tersebut teroksidai oleh udara maka akan cepat rusak. Sebaiknya periksa kadar air aki secara berkala sekurangnya seminggu sekali, untuk menghindari aki drop ketika dibutuhkan,” ujar Agus.
Oleh karena itu, penggunaan aki basah harus diberi perwatan ekstra dibanding dengan aki MF yang cenderung bebas perawatan.”Dari beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut, pilihan aki tetap menjadi selera dari konsumen dan tidak bisa diganggu gugat,” tutur Agus.