Thailand Rangkul Produsen Suku Cadang Lokal Indonesia

Stanly Ravel - Selasa, 28 Juli 2015 | 17:55 WIB

(Stanly Ravel - )

Jakarta, Otomania - Pemerintah Thailand berusaha merangkul para produsen komponen lokal Indonesia untuk ikut bergabung menjadi peserta pameran Metalex di BITEC, Bangkok, Thailand, 18-21 November 2015. Minat ini disampaikan lewat konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/7/2015).

Pada konferensi pers ini, pihak Thailand diwakilkan oleh Penasehat Menteri bidang Perdagangan Kedutaan Besar Thailand untuk Indonesia Vilasinne Nonsrichai, perwakilan industri, dan pihak penyelenggara pameran.

"Pemerintah Thailand menyampaikan kesediannya untuk mempromosikan perdagangan antar kedua negara (Indonesia-Thailand) dengan beragam pameran yang kami miliki. Ini berguna untuk memperluas peluang bisnis antar kedua negara," ucap Vilasinne.

Sampai saat ini, lanjutnya, industri logam Thailand khususnya yang berkaitan dengan dunia otomotif cukup mengalami perkembangan yang pesat. Indonesia sendiri dinilai cukup potensial dengan besarnya perdagangan suku cadang otomotif.

"Dari data terlihat Indonesia merupakan negara keempat terbesar pengimpor dari Thailand dan ketiga terbesar pengeskpor suku cadang ke Thailand. Hal ini secara jelas menunjukan bahwa kedua negara saling menggunkanan suku cadang yang diciptakan masing-masing pada kendaraan yang mereka produksi," ucap Achana Limpaitoon, Ketua Umum Asosiasi Produsen Suku Cadang Otomotif Thailand.

Indonesia, lanjutnya, berpotensi besar dalam perkembangan industri otomotif. Dalam pameran Metalex nanti, Thailand akan menggundang pelaku industri otomotif Indonesia untuk melihat bahkan menjalin kerjasama yang lebih jauh.

Sementara itu, Sekjen Gabungan Industri Kendaran Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Noegardjito, berpendapat jalinan kerjasama Thailand dan Indonesia dalam hal kompoenen otomotif memang diperlukan, tapi akan lebih baik bila pihak industri Thailand bisa berinvestasi langsung di Indonesia.

"Lebih baik Thailand berekspansi ke sini (Indonesia). Karena nilai Bath lebih kuat dari Rupiah, otomatis membuat harga beli Indonesia akan makin mahal. Sedangkan bila ekspansi hal ini bisa lebih ditekan," ucapnya.