"Bukan mobil saja yang wajib dipersiapkan, faktor manusianya juga harus. Sama dengan mobil, yang berkerja dua kali lipat saat perjalanan mudik dan balik, manusianya pun demikian. Fisik jauh lebih lelah, mental dan konsentrasi pun jauh lebih rendah," ujar Jusri Pulubuhu, dari Jakarta Defense Driving Clinic (JDDC), saat diwawancara Otomania via ponsel, Senin (20/7/2015).
Perlu diketahui, faktor utama penyebab kecelakaan di jalan adalah karena masalah internal, pengendara, atau kerap disebut human error. Bahkan faktor luar atau lingkungan rata-rata hanya penambah, jarang menjadi penyebab utamanya.
Selain badan yang sudah lelah, faktor pikiran dan kondisi mental pengendara juga berdampak pada tingginya tingkat kecelakan arus balik meningkat. Seperti daya antisipasi yang berkurang dan reaksi memperhitungkan serta mengambil keputusan yang menurun.
"Biasanya saat perjalan balik faktor emosi lebih besar. Kenapa? selain sudah kelelahan, beban pikiran pengendara yang biasanya kepala keluarga sudah fokus pada pekerjaan di kantor, dan hal sensitif lain yang lebih krusial layaknya ekonomi," ucap Jusri.
Pemicunya banyak, lanjutnya, tapi lebih ke mental dan emosi. Untuk faktor ekonomi, contohnya saat Lebaran pasti keluarga mengeluarkan ekstra cost lebih besar. Nah, mereka yang memiliki tanggunggan keuangan seperti kredit kendaraan atau rumah menjelang akhir bulan pasti sudah dipusingkan dengan tagihannya, ini sangat manusiawi.
Dari beban pikiran ini bisa terjadi friksi, mulai dari anggota keluarga seperti suami istri yang cekcok dan mudah tersinggung, sampai mudah terpancing dari lingkungan saat berkendara. Oleh karena itu penting sekali menjaga emosi selain fisik yang prima saat berkendara balik ke Jakarta.