Hati-Hati, Tol Cipali Rawan Kecelakaan

Agung Kurniawan - Rabu, 8 Juli 2015 | 03:02 WIB

(Agung Kurniawan - )

Jakarta, Otomania - Ruas Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang baru diresmikan 14 Juni 2015 oleh Presiden Joko Widodo memang mendapat perhatian banyak orang. Selain berfungsi sebagai akses baru di Pulau Jawa, juga semakin diperhatikan karena menjelang musim mudik Lebaran 2015, yang segera bergulir dalam hitungan beberapa hari ke depan.

Namun, satu hal yang patut diperhatikan, ternyata tol dengan ruas jalan terpanjang di Indonesia ini ternyata rawan kecelakaan. Buktinya, belum genap sebulan dioperasikan (sampai 7 Juli 2015), data Korlantas Polri mencatat sudah ada 54 kecelakaan terjadi di ruas jalan sepanjang 116 km ini.

Dari jumlah itu, korban yang meninggal dunia 12 orang, luka berat 11 orang, dan luka ringan 52 orang. Kerugian materiil diperkirakan mencapai Rp 818 juta.

Kabag Ops Korlantas Polri Kombes Pol Istiono mengatakan, dari segi teknis Tol Cipali sudah melalui kajian keselamatan baik dari pengelola dan pemangku kepentingan lain. Tapi, melihat banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi, faktor utama penyebabnya adalah kelalaian manusia.

”Jika dilihat dari TKP (tempat kejadian perkara, tampak pengguna jalan kebanyakan out of control (lepas kontrol) atau terlibat kecelakaan sendiri. Hal itu menyebabkan kecelakaan tabrak belakang, keluar jalur dan sebagainya. Ini bencana yang tersembunyi dan jadi isu utama,” kata Istiono di Kantor Korlantas Polri, seperti dikutip dari KompasOtomotif, Selasa (7/7/2015).

Menurut Istiono, pengemudi begitu melintas jalur tol ini cenderung melanggar batas kecepatan. ”Pemandangan indah, jalan mulus, lurus, maunya ngegas. Nggak terasa ngantuk. Sepersekian detik dengan kecepatan tertentu tidak bisa mengantisipasi jika terjadi bahaya. Belum lagi ada faktor hewan yang masih sering lewat di ruas tol ini,” kata Istiono.

Bagi para pengemudi yang melintasi Tol Cipali, Istiono menganjurkan agar lbih bisa memahami kondisi fisik diri sendiri. Jika dilihat dari kecelakaan yang terjadi, mayoritas atau 60 persen ada di jalur B (Cirebon-Jakarta). Hal itu wajar, karena belum ada rest area yang berfungsi sempurna.