Jakarta, Otomania – Area Manager Yuasa Battery Indonesia Agustono Santoso menuturkan ada pemahaman berbeda dari penyebutan aki kering di masyarakat. Dijelaskan, sebenarnya semua jenis aki (kering dan basah) tetap menggunakan cairan elektroda (biasa disebut air aki), namun pada model kering lebih padat berbentuk gel.
“Pada aki kering tetap ada air aki, tapi diisi langsung dari pabrik. Bedanya, kebanyakan separator aki kering bentuknya seperti kapas, sederhananya seperti popok. Jadi walaupun terguncang, terbalik atas-bawah, tidak akan tumpah seperti aki basah,” jelas Agus.
Tropis
Baterai alias aki merupakan bagian terpenting dari sistem kelistrikan, seluruh perangkat elektronik kendaraan memanfaatkan aki sebagai sumber tenaga listrik, fungsinya menyimpan sekaligus mengalirkan energi listrik.
Aki kering merupakan pengembangan dari aki basah, kelebihannya minim perawatan, namun konsekuensi lebih mahal. Untuk iklim tropis dengan temperatur udara cenderung panas seperti Indonesia, ditambah kondisi bersuhu tinggi di ruang mesin, membuat air aki lebih cepat menguap seiring pemakaian.
Pada aki kering, cairan tetap menguap, namun sirkulasinya tidak banyak bocor ke luar. Di lain sisi, penguapan pada aki basah bisa diantisipasi dengan mengisi air aki yang hilang. “Penguapan di aki kering tetap terjadi namun minim, akan habis dalam waktu setahun sampai satu setengah tahun. Maka dari itu kami menyebutnya maintenance free,” ujar Agus.
Upper dan lower
Biasanya pada aki basah, kondisi air aki bisa diukur dari batas upper level dan lower level. Pada aki kering parameter seperti itu tidak lagi dibutuhkan. Lubang-lubang tempat pengisian ulang air aki pun kini sudah tidak ada.
Kelebihan aki kering, sekali pakai dibiarkan saja sampai rusak, lalu diganti. “Pada dasarnya lebih awet aki basah, lebih menyesuaikan dengan kondisi Indonesia karena penguapan pada aki juga dibutuhkan. Aki kering dibuat untuk menyederhanakan perawatan,” tutup Agus.