Cara Membedakan Bahan Kulit SIntetis Palsu

Aris F Harvenda - Jumat, 3 April 2015 | 10:00 WIB

(Aris F Harvenda - )

Jakarta, Otomania – Bahan pelapis jok kulit sintetis palsu yang meniru merek-merek terkenal makin marak beredar. Tentunya, harga murah dan menggiurkan dibanding produk asli jadi alasan utama. Pilihan memang ada di tangan Anda, namun kalau menggunakan cara penipuan jelas akan sangat merugikan.

MBtech sebagai salah satu pemain di bisnis pelapis kulit menengah-atas di Indonesia menjelaskan, pihaknya tidak terlalu dipengaruhi dampak pemalsuan, namun keprihatinan justru diberikan kepada konsumen.

“Kalau memang di pasar terjadi seperti itu, awalnya kita biarkan. Kami hanya ingin kalau konsumen mau mendapatkan MBtech, mereka harus mendapatkan yang benar,” ujar Dana Iswanto, Brand Manager MBtech.

Namun kini geliat pemalsu semakin ramai. Tidak hanya untuk mobil, bahkan sudah terasa di kelas motor, segmen yang baru saja dijajaki MBtech sejak Desember lalu. Metodenya pun beragam, tapi yang paling sering dijumpai, toko nekat mencampur bahan asli dengan merek lain agar mendapatkan keuntungan lebih besar.  “Kalau di lapangan, kejadian seperti ini memang tidak bisa dihindari. Motor pasarnya masih dinamis, penyerapan pesat, dan desainnya banyak. Malah ada juga yang menggunakan bahan lain tapi pakai emblem kita,” ungkapnya.

“Rentang harga MBtech 90-170 ribu per meter, untuk sedan sekiranya butuh 7 meter. Ide 'kreatif' penjahit, menggabungkan bahan seharga 40 ribu per meter ukuran 4 meter, sementara sisanya MBtech,” beber Dana.

Beda

Agar tidak tertipu, Dana mengatakan jurus jitu membedakan produk MBtech asli dan tiruan, diperhatikan dari bagian belakang kulit. “Ada logo MBtech backing cloth, itu satu-satunya yang membedakan dengan merek lain. Kalau warna masih bisa diikutin. Bahan sintetis seperti adonan kue, formula yang terbaik, sulit ditiru,” jelas Dana.

Cara lain, minta pengakuan dari pedagang, lewat kuitansi hasil transaksi yang seharusnya menandakan keaslian. Hal ini semacam garansi psikologi buat konsumen, sebab bila terjadi penurunan kualitas setelah 6 bulan, komplain bisa lebih kuat dengan bukti tersebut.

“Kami hanya produsen, tidak bisa intervensi masuk ke sana (transaksi). Kampanye seperti ini coba terus kami berikan kepada masyarakat, demi menjaga kredibilitas kami juga yang telah dijaga 11 tahun di Indonesia. Jangan terlalu percaya dengan harga murah, konsumen justru harus lebih kritis,” tutup Dana.