Yuk Memahami Fungsi "Catalytic Converter"

Aris F Harvenda - Rabu, 1 April 2015 | 12:05 WIB

(Aris F Harvenda - )

Otomania — Salah satu komponen dalam sistem buang mobil yang tidak begitu dikenal namun memiliki banyak kegunaan adalah Catalytic converter (CC). Mulai digunakan di setiap mobil baru di Indonesia pada 2007. Kala itu, standar Euro2 diberlakukan untuk gas buang. Guna memenuhi standar tersebut, setiap kendaraan bermesin diesel dan bensin harus menggunakannya. Tentu saja ini termasuk mobil paling laris di Indonesia, Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, dan terakhir pada LCGC Ayla dan Agya.

Mahal

Alat yang disebut juga sebagai konverter katalis merupakan katalisator yang dipasang di ruang setelah saluran buang. Fungsinya menyaring hidrokarbon (bensin yang belum atau tidak terbakar) dan polutan lain yang dihasilkan oleh mesin. Katalisator punya banderol cukup mahal. Pasalnya, dibuat dari bahan platinum (platina) dan paladium. Karena itu pula, bisnis pengumpulannya (daur ulang) berkembang, termasuk di Tanah Air.

Beberapa tahun lalu di Amerika Serikat, perangkat ini jadi sasaran pencuri. Lebih khusus lagi, yang dicuri kebanyakan dari SUV berpostur tinggi. Salah satu keuntungannya, kotak atau tempat CC berada di kolong. Di Indonesia, beberapa produsen Jepang cukup cerdik. Mereka menempatkan langsung CC setelah area pembuangan gas di dekat blok mesin, dan disatukan dengan rumah sensor oksigen. Hal ini tentu saja membuat maling tidak mudah untuk mencomotnya!

Cara kerja

Katalisator CC adalah saringan berbentuk sarang lebah yang dibuat dari logam platinum atau paladium yang disatukan melalui blok keramik. Ketika gas buang menyentuh logam (katalisator), reaksi kimia terjadi berupa penghilangan beberapa kandungan atau senyawa yang berbahaya, seperti hidrokarbon (HC). Alhasil, gas buang yang keluar dari knalpot bisa lebih bersih. Sementara itu, logam yang digunakan sebagai katalisator tidak berubah sifat.

Kendati demikian, berdasarkan penelitian, umur pakai logam yang digunakan pada CC juga mengalami degradasi (penurunan kemampuan). Pada komponen saat ini, setelah digunakan 100.000 km, kemampuannya menurun 35 persen.

Bila diukur berdasarkan lamanya mesin hidup berdasarkan jarak, maka usianya bisa saja lebih pendek. Pasalnya, kemacetan semakin parah sehingga mesin bekerja lebih lama (termasuk CC), sementara jarak tempuh mobil lebih sedikit. Di lain hal, nilai logam yang digunakan pada CC bisa mencapai 60 persen-70 persen dari total harga CC.

Sebagai contoh, kalau dijual sebagai komponen pengganti atau onderdil (suku cadang) oleh perusahaan mobil dengan harga Rp 5 juta, maka nilai katalisatornya saja Rp 3 juta–Rp 3,5 juta!