Seperti dijelaskan Bayu Surya, Kepala Penjualan dan Pemasaran Divisi Roda 2 Michelin Indonesia, perbedaannya hanya pada konstruksi. Pada ban radial terdapat lapisan serat nilon yang dipasang secara menyilang, sementara ban radial dilapisi serat baja lentur yang dipasang berjajar.
”Meski hanya itu perbedaannya, namun dampak yang dirasakan pengguna sangat signifikan,” tegas Bayu di sela pengenalan ukuran baru ban Pilot Street Radial untuk sepeda motor 250cc ke atas, di Jakarta (23/1/2014).
Dari perbedaan konstruksi tersebut ada tiga keuntungan lebih untuk ban radial. Bayu memilahnya sebagai berikut:
1. Saat dipakai, ban radial tertekan ke kanan-kiri (arah dinding), sehingga membuat permukaan ban yang menyentuh aspal lebih lebar. Otomatis, daya cengkeram lebih baik, terutama saat menikung. Sementara ban bias, saat dipakai ban tertekan ke depan-belakang, bukan ke samping.
2. Saat tertekan ke kanan-kiri, beban dan panas terdistribusi lebih merata. Sementara model bias, karena beban terdistribusi di tengah, panas akan berpusat di bagian itu. Alhasil, bagian yang cepat aus adalah tengahnya, tidak merata kanan serta kiri. Dengan kata lain, ban radial lebih awet penggunaannya.
3. Meski menggunakan serat baja, pada kenyataannya ban radial lebih lentur saat dipakai. Hal ini memberikan kenyamanan lebih baik, terutama saat menghajar jalan bergelombang, jalan rusak, atau lubang.
Memang, menurut Bayu, harga ban radial lebih mahal, atau dua kali lipat harga ban bias. Namun untuk pengguna, terutama pemakai sepeda motor sport, ban jenis radial akan sangat mempengaruhi performa, terutama unsur keselamatan.
”Michelin sudah memperkenalkan teknologi ban radia sejak 1946. Dengan pengalaman berpuluh-puluh tahun, ban jenis radial kami diproduksi berdasarkan pengalaman panjang,” terang Bayu.